Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, May 10, 2016

PANTI KEKERABATAN KRISTIANI?


Novena Ekaristi Seminar 2016 bulan ketiga terlaksana pada Minggu Pertama 1 Mei. Bapak Prof. Dr. Supratiknya dari Universitas Dharma menyumbang pembicaraan dalam tema ENDAHING PANTI (Indahnya Kehidupan Panti). Pak Praktik menyampaikan pembicaraannya dengan menggunakan metode naratif dengan menyodorkan tulisan satu renungan dan tiga ceritera lepas. Tulisan ini difotocopy dan semua yang hadir dapat memiliki satu eksemplar. Tulisan itu berisi tentang renungan tentang hari tua menjadi lansia di zaman kini. Orang harus bersiap untuk menanggung sendiri. Rm. Bambang mencatat yang dianggap penting dalam tulisan kisah-kisah itu:
  • Renungan Anne Avanti:  Kita harus punya uang sendiri untuk merawat hidup kita di masa tua,
    Jangan membayangkan anak akan “merawat” kita,
    Membawa kita ke dokter dan menebus resep obat kita.
    Pikirkan saja kalau kita akan masuk ke panti jompo
    Yang akan kita bayar sendiri dengan uang kita.
    Hidup di masa tua itu...
    Bonus kalau anak berbakti.
    Mari kita pikirkan masa tua dengan tetap berserah karena Tuhan sudah mengatur semuanya.
    Tetapi sadar sedari dini, akan memberi hasil akhir...
    Usia di penghujung waktu lebih baik dibanding bergulir tanpa rencana yang menuntun langkah
    Yang pada akhirnya digerogoti rasa “kecewa” sampai akhir hayat...
    Terhadap pembicaraan ini dari para peserta muncul tanggapan-tanggapan dari banyak peserta.
  • Kisah Pak Kardi: Sesudah isterinya meninggal, Pak Kardi memutuskan menjual rumahnya, membagi hasilnya kepada dua anak angkat dan dirinya sendiri. Sebagian uang bagiannya dia belikan sebuah rumah mungil di sebuah perumahan di wilayah pinggiran Jakarta. Hingga kini dia menjalani kehidupan sendiri yang tenang ditemani seorang pembantu rumah tangga pria.
  • Kisah Bu Nina: Ketika beban keuangan yang harus ditanggung untuk membayar pajak dan memelihara rumah yang besar di ibukota dirasakannya terlalu berat baginya, akhirnya dia memutuskan menjual rumahnya dan memberhentikan pembantunya. Sebagian uang hasil penjualan rumah dia depositokan di bank, sebagian sisanya dia pakai untuk membayar biaya pondokan pada salah satu kerabatnya. Kebetulan kerabatnya itu memiliki usaha pemondokan di sebuah kawasan di Jakarta. Jadilah dia, mantan isteri pimpinan cabang sebuah bank besar pemerintah, mondok menempati satu kamar di sebuah indekosan bertetangga kamar dengan sekitar 50-an karyawati dan mahasiswi yang super sibuk.
  • Kisah Bapak usia 50an Tahun:..... membeli tanah yang cukup luas, lalu di atas tanah itu dia akan membangun 9 pondok kecil, satu pondok untuk diri dan isterinya sedangkan delapan sisanya masing-masing untuk satu kakak dan ketujuh adik bersama isteri atau suami mereka. Alasan yang dikemukakannya, sebagai saudara sekandung mereka dulu melewatkan masa kecil bersama-sama maka di usia senja tidakkah sebaiknya mereka juga menghabiskan masa tua bersama-sama sampai kelak maut memisahkan mereka?
Terhadap kisah-kisah itu tanggapan-tanggapan yang muncul berada dalam inti semangat BERBAGI. Orang dalam usia lanjut harus siap menghayati yang di luar kebiasaan hidup lampaunya bahkan dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya. Lansia zaman kini harus menghayati REVOLUSI MENTAL terutama dalam hubungan dengan anak. Rumusan yang muncul adalah "ANAK ADALAH KEWAJIBANKU, TETAPI AKU BUKAN KEWAJIBANNYA". Orang tua harus siap hidup sendiri karena kalau sudah berkeluarga anak-anak memang harus meninggalkan orang tua (band Kej 2:24). Di kala sendiri kalau harus tinggal di panti jompo hal ini dipandang sebagai hal yang terpaksa. Tetapi di dalam pembicaraan muncul pemikiran tentang model "PANTI PERSAUDARAAN KRISTIANI". Beberapa lansia dengan kondisi kuat dan lemahnya masing-masing saling memperhatikan kehidupan bersama. Hal ini dapat dijalani dalam satu rumah tetapi juga dapat dijalani di rumah masing-masing yang relatif saling berdekatan. Mereka membentuk semacam IKATAN KELUARGA LANSIA. Apapun yang dimiliki menjadi milik bersama. Perjumpaan dengan anak-cucu dapat terjadi hanya dalam rangka kunjungan. Tetapi hubungan dengan anak-cucu masing-masing menjadi kekayaan kekerabatan bersama.

0 comments:

Post a Comment