Sabtu, 28 Mei 2016
Hari biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Yud. 17:20b-25;
Mzm. 63:2,3-4,5-6; Mrk. 11:27-33. BcO 2Kor. 12:14-13:14
Markus
11:27-33:
27 Lalu Yesus dan
murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait
Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, 28 dan
bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan
hal-hal itu?" 29 Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu
pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 30 Baptisan Yohanes itu, dari
sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" 31 Mereka
memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan:
Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya
kepadanya? 32 Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka
takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes
betul-betul seorang nabi. 33 Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak
tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."
Renungan:
Ketika area
stasiun ditata dan pedagang asongan tidak boleh di area tersebut banyak terjadi
protes. Bahkan ada sejumlah kampus dan mahasiswanya memprotes. Pengelola kereta
api menyampaikan kalau ia tidak boleh melarang pedagang asongan maka ia ingin
berbagi pedagang itu untuk masuk ke kampus mereka. Mereka pun menolak. Dan
sekarang ini stasiun jadi bersih, rapi dan membuat nyaman para penumpang.
Ketika ditanya
oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua tentang kuasa yang dibawa
Yesus, Yesus pun balik bertanya kepada mereka, "Baptisan Yohanes itu, dari
sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya" (Mrk 11:30). Mereka pun
tidak bisa menjawab. Mereka tahu bahwa jawaban mereka beresiko pada diri
mereka.
Rasanya kita pun
perlu sungguh mempertimbangkan protes-protes kita. Jangan-jangan protes-protes
kita malah akan menjerambabkan diri kita sendiri. Tetap kita perlu untuk
kritis. Namun sikap kritis kita mesti dilandasi oleh aneka macam pertimbangan
yang matang. Dan sikap kritis kita bukan sekedar menolak atau ingin
menjatuhkan, tapi dilandasi oleh semangat membangun.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Mrk. 11:27-33. Bandingkan dengan situasi demo dan protes yang
sering terjadi.
Refleksi:
Bagaimana
menyampaikan aspirasi dan pertanyaan yang membangun?
Doa:
Tuhan semoga aku
bukan hanya protes-protes, tapi berani melihat secara lebih dalam sesuatu yang
mungkin berbeda dengan kemauanku. Amin.
Perutusan:
Aku akan
menyampaikan masukan yang membangun bukan protes yang merusak. -nasp-
0 comments:
Post a Comment