Senin, 30 Mei 2016
Hari Biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
2Ptr. 1:1-7; Mzm.
91:1-2,14-15ab,15c-16; Mrk. 12:1-12. BcO Gal. 1:13-2:10
Markus 12:1-12:
1 Lalu Yesus
mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: "Adalah seorang membuka
kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras
anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada
penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. 2 Dan ketika sudah tiba
musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk
menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. 3 Tetapi mereka menangkap
hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. 4 Kemudian
ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai
luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. 5 Lalu ia menyuruh seorang hamba
lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang
mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. 6 Sekarang tinggal hanya satu orang
anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku
akan mereka segani. 7 Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada
yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi
milik kita. 8 Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar
kebun anggur itu. 9 Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur
itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu
mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. 10 Tidak pernahkah kamu
membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi
batu penjuru: 11 hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di
mata kita." 12 Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka
tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi
mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.
Renungan:
Sering kita
mendengar bagaimana seorang pemilik tanah harus memberi ganti rugi pada para
pedagang yang menempati tanahnya. Ia telah lama membeli sebidang tanah. Karena
kosong satu dua pedagang membuat warung di tanah tersebut. Setelah beberapa
lama pemilik tanah hendak menggunakan tanahnya. Namun para pedagang yang
menggunakan tanahnya tanpa ijin dan telah meraup keuntungan darinya tidak
terima dan minta ganti rugi bila si pemilik hendak menggusurnya.
Sang pemilik
kebun anggur pun kesulitan memiliki kembali kebun anggurnya. Semua utusan
bahkan PuteraNya sendiri dianiaya bahkan dibunuh oleh para pekerja kebun
anggur.
Jaman sekarang
ini sifat serakah seperti itu masih sering terjadi. Orang-orang yang menempati
tanah secara ilegal akan marah kala pemilik tanah menghendaki memakainya.
Kepercayaan dan kerelaan sang pemilik tanah/kebun disalahartikan oleh
keserakahan mereka untuk memiliki yang bukan haknya. Rasanya dalam kondisi
seperti itu diperlukan sikap tegas sejak awal dan ada nota kesepahaman di
antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Kontemplasi:
Bayangkan orang
menumpang di tanahmu. Anda akan menggunakan tanah tersebut. Perhatikan sikap
penumpang.
Refleksi:
Bagaimana
menghargai hak milik orang lain?
Doa:
Tuhan semoga aku
Kaujauhkan dari sikap serakah untuk mengingini yang bukan hakku. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjaga
segala sesuatu baik pada saatnya dengan nota kesepahaman atau ketegasan sejak
awal. -nasp-
0 comments:
Post a Comment