Catatan: Tulisan ini disampaikan oleh Rm. Agoeng dalam Novena Ekaristi Seminar di Domus Pacis pada Minggu 3 Juli 2016. Rm. Agoeng lupa sumber pengambilan naskah.
.
Kematian merupakan peristiwa pasti bagi setiap makhluk hidup. Semua yang
hidup pada saatnya akan mengalami kematian. Orang Jawa seringkali mengatakan
bahwa “urip ki mung mampir ngombe”. “Ngombe” atau minum umumnya singkat. Maka
hidup ini hanyalah singkat. Kematian akan menjemput setiap manusia yang hidup.
Mereka yang mati kembali ke asal mula keberadaan (sangkan paraning dumadi).
Mereka yang mati diangkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang
masih hidup. Orang Jawa percaya adanya kehidupan setelah kematian. Kepercayaan
ini juga menjadi milik orang Cina. Mereka juga percaya adanya kehidupan setelah
kematian. Maka dalam kedua tradisi ini masih selalu memuat ritualisasi dan
pemujaan terhadap leluhur.
Bagaimana arti kematian dalam pandangan agama Katolik? Berikut ini saya
ambilkan dari beberapa tulisan yang pernah dibuat.
1. Kematian itu
apa?
Pandangan
tradisional mengatakan bahwa kematian adalah akhir kehidupan jasmani, saat jiwa
manusia terpisah dari raganya. Dengan kematian, seluruh fungsi tubuh berhenti,
seiring dengan terpisahnya raga dari jiwa. Bagi umat beriman, raga akan hancur
menjadi tanah sedangkan jiwa berpulang kepada Allah. Dengan kematian, sejarah
hidup manusia di hadapan Allah mencapai bentuknya yang lengkap dan tak dapat
diubah. Semua orang yang hidup di dunia ini akan mengakhiri hidup duniawinya
dengan kematian. Dalam KGK 1013 dikatakan: "Kematian adalah titik akhir
peziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan be1as kasihan,
yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan
rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir."
2. Apakah Allah Pencipta menghendaki kematian?
Sebenarnya
Allah Pencipta menentukan supaya manusia tidak mati. Namun, dosa telah membuat
manusia harus mengakhiri hidupnya dengan kematian. Dengan demikian, kematian
sebenarnya bertentangan dengan maksud Allah Pencipta (KGK 1008). Selanjutnya
KGK 1008 menyatakan: "Magisterium Gereja mengajarkan bahwa kematian telah
masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa. Walaupun manusia mempunyai
kodrat yang dapat mati, namun Pencipta menentukan supaya ia tidak mati. Dengan
demikian kematian bertentangan dengan keputusan Allah Pencipta. Kematian masuk
ke dunia sebagai akibat dosa. "Kematian badan, yang dapat dihindari
seandainya manusia tidak berdosa" (GS 18), adalah "musuh
terakhir" manusia yang harus dikalahkan."
3. Bagaimana iman Kristen memandang kematian?
Kitab Suci
menganggap kematian sebagai hal yang alami (bdk. Mzm 49:11-12; Yes 40:6-7),
sebagai akibat dosa atau upah dosa (Kej 3:19; Rm 5:12), sebagai musuh terakhir
yang harus dikalahkan (1Kor 15:26). Dalam Rm 5:12 dikatakan: "Sama seperti
dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut,
demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang
telah berbuat dosa." Sesuai dengan Kitab Suci, Gereja Katolik memandang
kematian yang sifatnya alami itu terjadi akibat dosa. Kematian masuk ke dalam
dunia karena manusia telah berdosa, baik karena dosa yang dilakukannya sendiri
maupun karena dosa asal. Namun demikian, kematian bukanlah akhir dari
segalanya. Dengan keyakinan akan adanya kebangkitan, kematian dapat bernilai
positif bagi kita. Umat Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian
Yesus Kristus, menganggap kematian sebagai pertemuan dengan Yesus dan sebagai
langkah masuk ke dalam kehidupan kekal. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus
telah mengalahkan kematian dan dengan demikian membuka pintu masuk menuju
keselamatan untuk semua orang (KGK 1019). Karya penebusan Yesus Kristus telah
mengubah kematian menjadi berkat, kematian yang pada mulanya dinilai negatif
menjadi bernilai positif.
4. Apa artinya kematian dalam Kristus?
Pandangan
Kristen mengenai kematian terungkap dalam doa prefasi untuk misa Arwah:
"Bagi umat beriman-Mu, ya Tuhan, hidup hanyalah diubah, bukannya
dilenyapkan. Dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami
kediaman abadi di surga". Jika kita mati dalam Kristus, kita akan ikut
ambil bagian dalam kebangkitan-Nya. Kematian dalam rahmat Kristus adalah jalan
untuk kembali ke pangkuan Bapa, mengalami kehidupan baru dalam kediaman abadi
di surga.
5. Apa arti RIP?
Di makam-makam
Katolik biasa ada tulisan RIP. Tulisan tersebut merupakan singkatan dari
ungkapan bahasa Latin Requiescat in Pace, artinya "Semoga dia beristirahat
dalam damai". Doa-doa bagi saudara saudari kita yang sudah meninggal
berisi harapan agar mereka beristirahat dalam damai Tuhan. Kematian bernilai
positif karena menjadi saat kembalinya umat beriman ke pangkuan Bapa, saat di
mana umat beriman diperkenankan mengalami damai abadi.
6. Apa itu Misa Requiem?
Misa Requiem
adalah misa pemberkatan arwah. Sering disebut juga Misa pro defunctis (misa
untuk orang yang sudah meninggal) atau Misa defunctorum. Kata Requiem diambil
dari kata awal dari lagu pembukaan misa arwah: "Requiem aeternam dona eis,
Domine", artinya "Berilah kepada mereka istirahat kekal ya
Tuhan." Kata Requiem berasal dari kata Latin requies artinya beristirahat.
7. Dalam arti apa kematian menjadi kerinduan bagi umat beriman?
Kematian yang
menakutkan itu oleh para kudus dipandang sebagai saat yang dirindukan, berkat
iman mereka akan Yesus Kristus yang telah bangkit. Kematian dalam Kristus akan
membuahkan kebangkitan bersama Dia. Untuk mereka yang mati dalam rahmat
Kristus, kematian adalah "keikutsertaan" dalam kematian Kristus,
supaya dapat juga mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya. Dengan adanya
keyakinan ini para kudus merindukan kematian sebagai saat memasuki kehidupan
abadi, kembali kepada Bapa dan bersatu dengan Kristus yang telah bangkit:
*
"Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus" (Flp
1:23).
*
"Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Flp
1:21).
*
"Benarlah perkataan ini: jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup
dengan Dia" (2 Tim 2:11).
*
"Kerinduan duniawiku sudah disalibkan ... Di dalam aku ada air yang
hidup dan berbicara, yang berbisik dan berkata kepadaku: ‘Mari menuju Bapa’"
(Ignasius dari Antiokia, Rom 7,2).
*
"Aku hendak melihat Allah, dan untuk melihat Dia, orang harus mati"
(St. Teresia Avilla)
*
"Aku tidak mati; aku masuk ke dalam kehidupan" (St. Teresia
Lisieux).
8. Apakah aspek
pastoral dari ajaran tentang kematian Kristen?
Ketika
berbicara mengenai kematian, yang menjadi fokus perhatian Gereja justru
kehidupan yaitu kehidupan di dunia ini maupun kehidupan kekal. Karena hidup
manusia ada batas waktunya, maka orang harus menjalani kehidupan di dunia ini
sebaik-baiknya, sesuai dengan kehendak Allah, agar nantinya diperkenankan
memasuki kehidupan kekal. Kematian merupakan perjalanan kembali kepada Bapa
untuk masuk ke dalam kehidupan baru bersama-Nya. Oleh karena itu umat beriman
hendaknya mempersiapkan saat kematian dengan baik. Gereja mengajak kita untuk
mempersiapkan diri menghadapi kematian, bukan hanya pada saat-saat akhir
kehidupan tetapi setiap saat, sepanjang hidup. Thomas a Kempis menasehatkan:
"Dalam segala perbuatanmu, dalam segala pikiranmu, hendaklah kamu
bertindak seakan-akan hari ini kamu akan mati. Jika kamu mempunyai hati nurani
yang bersih, kamu tidak akan terlalu takut mati. Lebih baik menjauhkan diri
dari dosa, daripada menghindari kematian. Jika hari ini kamu tidak siap,
apakah besok kamu akan siap?" (Mengikuti Jejak Kristus 1,23, 1).
9. Bagaimana rumusan doa penyerahan jiwa bagi umat Katolik yang sudah meninggal?
"Bertolaklah
dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Allah Bapa yang
mahakuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus, Putera Allah yang
hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama Roh Kudus, yang dicurahkan
atas dirimu; semoga pada hari ini engkau ditempatkan dalam ketenteraman dan
memperoleh kediaman bersama Allah di dalam Sion yang suci, bersama Maria
Perawan yang suci dan Bunda Allah, bersama santo Yosef dan bersama semua
malaikat dan orang kudus Allah. ... Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah
mencipta engkau dari debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini,
semoga Maria bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau.
... Engkau akan melihat Penebusmu dari muka ke muka ..." (Doa penyerahan
jiwa).
10. Apakah iman katolik mengakui adanya reinkarnasi?
Gereja Katolik
tidak mengakui adanya reinkarnasi (kelahiran kembali ke dunia setelah
kematian). Katekismus Gereja Katolik dengan tegas mengatakan bahwa:
"Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir"
(LG 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia.
"Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu
dihakimi" (Ibr 9:27). Sesudah kematian tidak ada "reinkarnasi"
(KGK 1012).
11. Apa yang terjadi setelah kematian?
KGK berbicara
mengenai adanya pengadilan khusus yang terjadi segera setlah orang mengalami
kematian:
"Kematian
mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak
rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam Kristus. Perjanjian Baru berbicara
mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan
Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua. Tetapi berulang kali ia juga mengatakan
bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan
pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin dan kata-kata
yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik, demikian juga
teks-teks lain dalam Perjanjian Baru, berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa,
yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia" (KGK 1021; bdk.
1022). Pengadilan khusus terjadi pada saat kematian, masing-masing manusia
menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tak dapat mati. Dalam pengadilan
khusus ini, ada tiga kemungkinan yang akan diputuskan oleh Allah bagi manusia
setelah kematiannya, yaitu: masuk ke kebahagiaan surgawi, atau harus melalui
penyucian di api penyucian (Purgatorium), atau mengutuki diri selama-lamanya
(masuk neraka). Nasib manusia setelah kematiannya antara lain tergantung pada
apa yang telah dilakukannya selama hidup di dunia. Santo Yohanes dari Salin
mengatakan: "Pada malam kehidupan kita, kita akan diadili sesuai dengan
cinta kita".
12. Apakah yang dimaksud dengan kebangkitan badan?
KGK 997
menyatakan: "Pada saat kematian, di mana jiwa berpisah dari badan, tubuh
manusia mengalami kehancuran, sedangkan jiwanya melangkah menuju Allah dan
menunggu saat, di mana ia sekali kelak akan disatukan kembali dengan tubuhnya.
Dalam kemahakuasaan-Nya, Allah akan menganugerahkan kepada tubuh kita secara
definitif kehidupan yang abadi, waktu Ia menyatukannya lagi dengan jiwa kita
berkat kebangkitan Yesus."
13. Apa dasar untuk percaya akan adanya kebangkitan badan?
Iman akan
kebangkitan orang-orang mati sudah menjadi bagian hakiki dari iman kristen.
Dasar utamanya adalah iman akan Kristus yang sungguh telah bangkit dari antara
orang mati dan hidup selama-lamanya. Kebangkitan Kristus membawa harapan bagi
umat yang beriman kepada-Nya bahwa mereka akan ikut dibangkitkan sesudah kematian.
Santo Paulus mengatakan: "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. .... Sebab
jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu
masih hidup dalam dosamu." (1Kor 15:14.16-17).
14. Apa makna kebangkitan Kristus bagi umat yang beriman kepada-Nya?
Dengan iman
akan Kristus yang telah bangkit, Gereja Katolik percaya bahwa orang-orang benar
sesudah kematiannya akan hidup untuk selama-lamanya bersama Kristus yang telah
bangkit kembali dan Ia akan membangkitkan mereka pada akhir zaman. Seperti
kebangkitan-Nya, demikian pula kebangkitan kita adalah karya Tritunggal
Mahakudus (KGK 989). Dikatakan juga dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma:
"Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati,
diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara
orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang
diam di dalam kamu." (Rm 8:11)
15. Kapan terjadi kebangkitan badan?
Kebangkitan
badan terjadi di akhir zaman, saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Pada
saat itu semua orang yang telah mati dibangkitkan kembali untuk menghadapi
pengadilan terakhir. Bagi orang-orang benar, jiwanya disatukan dengan tubuhnya
yang baru untuk kehidupan kekal. Berdasarkan iman akan Kristus yang telah
bangkit dari mati untuk hidup selama-lamanya, kita percaya bahwa orang-orang
benar, sesudah kematiannya akan hidup selama-lamanya bersama Dia. Dengan
demikian, kebangkitan badan merupakan rahmat yang dianugerahkan oleh Allah
berkat kebangkitan Yesus.
16. Siapakah yang akan bangkit?
Yang akan
bangkit adalah semua orang yang telah mati. Dikatakan dalam Injil Yohanes:
"Mereka yang berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang abadi,
tetapi mereka yang berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (Yoh 5:29).
17. Bagaimanakah gambaran tentang kebangkitan dari mati?
Santo Paulus
mengatakan kepada jemaat di Korintus: "Bagaimanakah orang mati
dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?' Hai orang
bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia
tidak mati dahulu. Dan yang mengaku taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan
tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit ... yang ditaburkan akan binasa, yang
dibangkitkan tidak akan binasa ... Orang-orang mati akan dibangkitkan dalam
keadaan yang tidak dapat binasa ... Karena yang dapat binasa ini harus
mengenakan, yang tidak dapat binasa, yang dapat mati ini harus mengenakan yang
tidak dapat mati (1Kor 15:35-37.42.52-53). Pada saat kebangkitan, jiwa orang
benar akan mengenakan tubuh yang baru, yang tidak akan dapat binasa. Tubuh yang
baru itu oleh Paulus disebut juga sebagai "tubuh yang mulia" (Flp
3:21) atau "tubuh rohani" (1Kor 15:44). Gambaran tentang kebangkitan
badan dan bersatunya jiwa dengan tubuh yang baru ini tidak dapat kita pahami
dengan akal budi kita saat ini, namun akan menjadi jelas ketika kita boleh
mengalaminya sendiri di saat kebangkitan badan.
18. Ajaran tentang kebangkitan badan diwahyukan secara bertahap. Apa maksudnya?
Allah
mewahyukan kebangkitan badan dari antara orang mati secara bertahap. Di dalam
tulisan-tulisan awal Perjanjian Lama belum dikatakan apa-apa tentang adanya
kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Umat Israel kuno percaya bahwa semua
orang yang mati masuk ke dalam Sheol, yaitu dunia orang mati di bawah permukaan
bumi (Kej 42:38, Yes 14:11, Mzm 141:7, Ams 7:27 and Ayb 10:21-22;17:16). Semua
orang, entah orang baik atau orang jahat, akan masuk Sheol setelah kematiannya
dan berbaring di dalam keabadian. Sheol digambarkan sebagai tempat yang
gelap, dalam, tidak ada kontak dengan Allah maupun dengan dunia manusia yang
hidup (Mzm 6:5; 8:3-12). Persoalannya, jika semua orang baik maupun jahat akan
mengalami nasib yang sama di Sheol, lalu apa gunanya berbuat baik selama
di dunia ini?
Dalam
tulisan-tulisan selanjutnya, muncul ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang
menunjukkan tumbuhnya kepercayaan akan adanya kebangkitan badan (Yeh 37:9-12;
1Sam 2:6; Ayb 19:26; Yes 26:19; Dan 12:2). Pada abad kedua sebelum Masehi,
kepercayaan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal semakin jelas,
seperti dapat kita baca pada kitab Makabe yang ditulis sekitar tahun 100
sebelum Masehi (2Mak 7:9.14). Kepercayaan ini semakin berkembang dan mengakar
kuat dalam tradisi Yahudi menjelang Masehi sampai pada zaman Yesus. Tradisi
para rabi dan kaum Farisi meyakini adanya kebangkitan badan sebagai bagian
hakiki dari iman. Kaum Saduki masih berpegang pada tradisi lama yang tidak
mengakui adanya kebangkitan orang mati.
Yesus sendiri
mengajarkan iman akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Untuk
menanggapi pertanyaan kaum Saduki Yesus mengatakan bahwa Allah bukanlah Allah
orang mati tetapi Allah orang hidup (Mrk 12:27). Yesus bukan hanya mengajarkan
adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal, tetapi Dia sendiri mengalaminya.
Bagi umat Kristen, paham kebangkitan badan dan kehidupan kekal berdasar pada
peristiwa Yesus yang telah mati dan bangkit demi keselamatan umat manusia.
Dalam KGK 994 dikatakan: "Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu
dengan pribadi-Nya: "Akulah kebangkitan dan hidup" (Yoh 11:25). Pada
hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka,yang percaya kepada-Nya,
yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Dalam kehidupan-Nya di dunia
ini Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu, waktu Ia membangkitkan
beberapa orang mati dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri,
tetapi yang termasuk dalam tatanan yang lain. Kejadian yang sangat khusus ini
Ia bicarakan sebagai "tanda nabi Yunus" (Mat 12:39), tanda kenisah:
Ia mewartakan bahwa Ia akan dibunuh, tetapi akan bangkit lagi pada hari
ketiga."
Demikianlah
cara Allah mewahyukan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Perwahyuan
itu akhirnya berpuncak pada peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus. Dengan
begitu, umat Katolik tidak perlu meragukan lagi adanya kebangkitan dan
kehidupan kekal. Bahkan kepercayaan yang dimasukkan dalam Syahadat iman Katolik
(Credo, Aku Percaya) menjadi pangkal harapan bagi umat Katolik selama hidupnya
di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti menjadi saksi kebangkitan-Nya,
seperti dilakukan oleh para rasul dan jemaat Kristen di awal pertumbuhannya
(bdk. Kis 1:22; 10:41). Harapan akan kebangkitan kristen diwarnai seluruhnya
oleh perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit dan diwarnai oleh keyakinan
bahwa kita akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia (KGK 996).
19. Apa yang dimaksud dengan hidup kekal?
Kehidupan kekal
adalah keberadaan yang tidak dibatasi oleh waktu. Dapat dikatakan bahwa
kehidupan kekal ada di luar waktu seperti yang kita alami di dunia ini. Tidak
ada awal dan tidak ada akhir. Keberadaan kekal memang sulit dipahami oleh
manusia yang pada kenyataannya hidup di dunia ini dalam hitungan waktu, ada
awal dan ada akhirnya. Simbol dari keadaan kekal adalah lingkaran bulat, yang
tak punya ujung dan pangkal. Hidup kekal ini dikaitkan dengan iman akan Allah
yang kekal.
20. Apa hubungan antara kebangkitan badan dan kehidupan kekal?
Dalam syahadat
iman Katolik disebut tentang kepercayaan kita akan kebangkitan dan kehidupan
kekal. Keduanya disebut secara tersendiri, namun menunjuk pada kenyataan yang
sama. Kebangkitan dari mati berarti memasuki kehidupan kekal. Kehidupan kekal
berkaitan dengan paham akan jiwa yang tak dapat mati. Kebangkitan badan
menunjuk pada bersatunya jiwa dengan tubuhnya yang baru di akhir zaman. Kematian
bagi umat Kristen yang disatukan dengan kematian Yesus merupakan langkah masuk
ke dalam kehidupan kekal atau kehidupan abadi (KGK 1020).
21. Pengadilan terakhir itu apa?
Pengadilan
terakhir adalah peristiwa yang terjadi pada saat kedatangan kembali Kristus
yang mulia, ketika semua orang yang telah mati maupun yang masih hidup dan
orang benar maupun tidak benar dibangkitkan dan diadili menurut apa yang
dilakukannya selama hidup di dunia. (KGK 1038). Pengadilan terakhir akan
menentukan secara definitif hubungan yang sebenarnya antara setiap manusia
dengan Allah (KGK 1039). Di hadapan Yesus Kristus apa yang telah dilakukan
manusia selama hidup di dunia akan terbuka semuanya, tanpa ada yang
tersembunyi. Di dalam pengadilan terakhir keadilan dan kasih Allah akan
dinyatakan.
Santo Agustinus
mengatakan: "Segala sesuatu yang jahat, yang dilakukan orang-orang durhaka
dicatat — dan mereka tidak mengetahui caranya. Pada hari, di mana 'Allah tidak
akan berdiam Diri' (Mzm 50:3) ... [Ia akan berpaling kepada orang-orang durhaka]
dan berkata kepada mereka: Aku sudah menempatkan bagi kamu orang-orang kecil-Ku
di atas bumi. Aku, Kepala mereka, bertakhta di surga di sebelah kanan Bapa -
tetapi di bumi anggota-anggota-Ku menderita lapar. Andai kata kalian memberi
makan kepada anggota-anggota-Ku, anugerahmu akan sampai kepada Kepala. Ketika
Aku menunjukkan kepada orang-orang kecil-Ku satu tempat di atas dunia, Aku
mengangkat mereka sebagai utusan supaya membawa pekerjaan, pekerjaanmu yang
baik ke dalam perbendaharaan-Ku. Kamu tidak meletakkan apa pun ke dalam tangan
mereka, karena itu kamu tidak mempunyai sesuatu apa pun pada tempat-Ku
ini" (Serm. l8,4,4).
22. Mengapa kita perlu menyadari adanya pengadilan terakhir di akhir zaman?
Kesadaran akan
adanya pengadilan terakhir mengajak kita semua supaya bertobat, selama Allah
masih memberi kita kesempatan untuk hidup yang merupakan "waktu
rahmat" dan "hari penyelamatan" (2Kor 6:2). Selain itu, adanya
pengadilan terakhir akan membuat kita mempunyai rasa takut akan Allah, yaitu
rasa takut yang akan mendorong kita untuk menegakkan keadilan Kerajaan Allah.
(KGK 1041).
23. Bagaimana pengadilan terakhir digambarkan dalam Kitab Suci?
Pada saat
kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya, umat manusia dari segala bangsa akan
dikumpulkan dan diadili, ada yang diperkenankan untuk masuk kehidupan kekal
tetapi ada pula yang herus mengalami siksaan yang kekal (bdk. Mat
25:31.32-33.46). Dalam Injil Yohanes dikatakan: "semua orang yang di dalam
kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar
dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan
bangkit untuk dihukum" (Yoh 5:28-29). Melalui Putera-Nya Yesus Kristus,
Bapa akan menilai secara definitif seluruh sejarah. Pada saat itu kita akan
memahami arti yang terdalam dari seluruh karya ciptaan, seluruh tata
keselamatan, dan kita akan mengerti jalan-jalan-Nya yang mengagumkan dan
penyelenggaraan ilahi-Nya yang telah membawa segala sesuatu menuju tujuannya
yang terakhir. Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan
menang atas segala ketidakadilan yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan
bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian. (KGK 1040).
24. Kapan pengadilan terakhir akan terjadi?
Sama seperti
terjadinya akhir zaman, tidak ada yang tahu kapan pengadilan terakhir akan
terjadi. Hanya dapat dikatakan bahwa pengadilan terakhir akan berlangsung pada
kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahuinya dan dan Ia
sendiri menentukan kapan itu akan terjadi.
Kematian merupakan
suatu peristiwa yang sangat menyedihkan, apalagi jika menimpa seseorang yang
sangat kita cintai. Tak ada penderitaan yang lebih besar daripada penderitaan
ketika kita merasa ditinggalkan atau kehilangan seseorang. Demikian juga
penderitaan yang dialami Bunda Maria, mencapai puncaknya ketika Sang Anak yang
terkasih tak berdaya di kayu salib. Namun, seperti suatu benih tak akan
menghasilkan buah banyak, jika ia tidak mati lebih dahulu, demikianlah kematian
Kristus menghasilkan buah yang tak terkatakan bagi keselamatan umat manusia,
melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Hidup Kristen
merupakan suatu perjalanan mengikuti jejak Kristus yang telah dibangkitkan dari
antara orang-orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal (bdk. 1Kor 15:20). Kristus wafat di salib untuk menyelamatkan
manusia dan memberikan suatu kehidupan kekal kepadanya. Kita percaya bahwa di
mana iman akan Yesus Kristus tumbuh dan berbuah, di sanalah jejak-jejak
kebangkitan akan terpenuhi oleh Kristus. Dengan iman yang kita miliki sejauh
kita hidup dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah terus-menerus,
suatu saat kita akan berkumpul bersama dalam perjamuan nikah Anak Domba di
surga. Bukankah hidup kita merupakan suatu harapan? Berharap...ya senantiasa
berharap!!! Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Harapan kita tidak pernah
dikecewakan-Nya. Saat ini kita tidak mengerti kehendak Tuhan yang terjadi atas
diri kita. Namun, satu hal yang pasti bahwa kebangkitan adalah suatu kenyataan
yang tak dapat dipungkiri dan surga merupakan tempat kediaman kita
selama-lamanya, tanah air abadi yang kita rindukan, tempat semua makhluk
merasakan cinta dan kebaikan seorang Bapa kepada anak-anak-Nya.
Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya tetapi merupakan
suatu perjalanan menuju kediaman abadi dalam rumah Bapa. Untuk menyediakan
tempat bagi kitalah, Kristus harus meninggalkan dunia ini dan wafat disalib.
(bdk. Yoh 14:2). Dengan demikian, kematian merupakan perjalanan pulang
dari perziarahan menuju pangkuan Bapa. Bapa menanti kita semua untuk berkumpul
dalam kerajaan-Nya sebagai anak dan Bapa, dan memerintah bersama Dia untuk
selama-lamanya....(Why 22:5).
Tulisan ini diambilkan dari berbagai tulisan yang pernah dibuat.
0 comments:
Post a Comment