Minggu, 31 Juli 2016
Hari Minggu XVIII
Biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Pkh. 1:2;
2:21-23; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Kol. 3:1-5.9-11; Luk. 12:13-21. BcO Ob.
1-21
Lukas
12:13-21:
13 Seorang dari
orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku
supaya ia berbagi warisan dengan aku." 14 Tetapi Yesus berkata kepadanya:
"Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara
atas kamu?" 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan
waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah
hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." 16 Kemudian
Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang
kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah
yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat
menyimpan hasil tanahku. 18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku
akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan
aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah
itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun
untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan
bersenang-senanglah! 20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh,
pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah
kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah jadinya dengan orang yang
mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan
Allah."
Renungan:
Warisan tentu
disiapkan oleh pewaris demi kesejahteraan ahli waris. Mereka berharap para ahli
waris bisa memanfaatkan sedemikian rupa sehingga hidup mereka terjamin, karena
tinggal meneruskan. Namun tidak jarang warisan malah menjadi sumber perkara.
Para ahli waris berselisih untuk memperebutkan warisan. Harta yang semestinya
menjadi bekal untuk menjalani hidup malah menjadi sumber perpecahan kehidupan
keluarga.
Pada masa
sekarang ini pun masih sering kita dengar orang berebut warisan. Keluarga
menjadi musuh. Harta yang dikumpulkan menjadi sumber perang. Tidak jarang
kerakusanlah penyebabnya. Karena rakusnya satu dua orang maka semangat berbagi
secara adil menjadi hilang.
Rasa saya warisan
layak kita syukuri. Namun rasanya bukan membagi warisan yang kita utamakan.
Sebaliknya bagaimana menjaga warisan itu sebagai bekal hidup bersama dan
kenangan berharga layak dijaga. Andai mau berbagi warisan perlulah membangun
sikap adil dan menghindarkan nafsu rakus. Kemauan menjaga dan mengembangkan
warisan merupakan panggilan hidup kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Luk. 12:13-21. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Bagaimana
mengelola warisan?
Doa:
Tuhan semoga aku
mampu menjaga warisan yang kuterima dan mengembangkannya selaras dengan
kehendakMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjaga
warisan orang tuaku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment