Rabu, 20 Juli 2016
Apolinaris
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Yer. 1:1,4-10;
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; Mat. 13:1-9. BcO Ayb. 18:1-21
Matius
13:1-9:
1 Pada hari itu
keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 2 Maka datanglah orang
banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan
duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 3 Dan Ia
mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah
seorang penabur keluar untuk menabur. 4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih
itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 5
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu
benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 6 Tetapi sesudah matahari
terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 7 Sebagian lagi
jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya
sampai mati. 8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang
seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali
lipat. 9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Renungan:
Suatu kali aku
menanam pohon dari bibit yang sama di tempat yang berbeda. Satu di tanah subur.
Satu lagi di tanah tandus. Semuanya ditanam dengan baik. Sekarang yang di tanah
subur sudah berbuah. Yang di tanah tandus kurus dan belum berbuah.
Yesus memberi perumpamaan
tentang penabur yang menaburkan benih di aneka tempat yang berbeda. Benih yang
ditaburkan di tanah subur bisa bertumbuh dengan baik, bahkan berbuah
berlipat-lipat. Di akhir sabda perumpamaanNya Dia menutup dengan kata, "Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Mat 13:9). Yesus memberi ketegasan
agar mereka mendengarkan apa yang dikatakan.
Pada dasarnya
kita mempunyai bibit bawaan yang baik. Orang tua kita menghadirkan kita karena
kasih di antara mereka. Karena cinta kita ada. Namun pantas diketahui bibit
baik itu perlu tumbuh di lahan yang baik dan mendapatkan perawatan yang
memadai. Kita tidak bisa membiarkannya tumbuh alami tanpa memberikan
pupuk-pupuk kesuburan dan merawatnya. Seorang anak akan tumbuh dengan baik
ketika orang tua menjadi lahan yang subur dan merawat dengan kasih. Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
adalah lahan subur bagi anak dan saudara-saudari di sekitarmu.
Refleksi:
Sudahkan aku
menjadi lahan subur bagi sesamaku?
Doa:
Tuhan semoga aku
menjadi lahan yang subur untuk menumbuhkan kehidupan bersama. Amin.
Perutusan:
Aku akan selalu
menyuburkan dan memelihara benih yang dipercayakan padaku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment