Sabtu, 23 Juli 2016
St. Birgitta
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Yer. 7:1-11; Mzm.
84:3,4,5-6a,8a,11; Mat. 13:24-30. BcO Ayb. 23:1-24:12
Matius
13:24-30:
24 Yesus
membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal
Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.
25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih
lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai
berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang
itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di
ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang
melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan
supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab
mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah
keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata
kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas
untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Renungan:
Dalam diri
seseorang selalu termuat karakter baik dan buruk. Walau kita percaya kebaikan
jauh lebih banyak daripada keburukannya, namun sifat buruknya akan muncul
sesekali. Pernah ada seorang anak yang santun. Tutur katanya baik. Emosinya
terkendali. Namun ia mempunyai kebiasaan mengambil barang orang lain.
Benih gandum
ditaburkan oleh pemilik ladang. Namun bersamaan dengan tumbuhnya gandum ilalang
pun tumbuh. Ada orang lain yang usil menaburkan benih ilalang tersebut. Gandum
dan ilalang pun tumbuh bersamaan. Baru pada saat panen mereka akan dipisahkan.
Kita tahu ada
sifat buruk di dalam diri kita masing-masing. Kadang kita pun sulit lepas dari
sifat buruk tersebut. Beruntung kita menyadarinya sehingga mempunyai kontrol
diri untuk menahan kehadiran keburukan tersebut. Kesadaran kita akan sifat
buruk kita membantu diri kita sendiri untuk mengurangi kehadiran sifat buruk
tersebut. Maka marilah kita selalu mawas diri.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu
sejenak. Bayangkan sifat burukmu menggodamu melakukan keburukan. Ubahlah
dorongan tersebut pada tindakan positif.
Refleksi:
Bagaimana
mengelola sifat burukmu agar tidak merugikan sesama dan dirimu sendiri?
Doa:
Tuhan jagailah
aku agar mampu menghindarkan diri dari dorongan keburukanku. Semoga aku pun
mampu mengubahnya menjadi suatu tindakan yang baik. Amin.
Perutusan:
Aku akan berusaha
menahan keluarnya sifat burukku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment