Penjaga-Penjaga Kenangan yang
Dibagikan.
9. Di masa lampau sikap hormat yang
mendalam disampaikan kepada para lanjut usia. “Sikap hormat yang besar sekali
disampaikan kepada kepala yang beruban”, kata pujangga Latin Ovidius[13].
Beberapa abad sebelumnya, pujangga Yunani Phocylides telah mengingatkan:
“Hormatilah rambut yang beruban: berilah kepada para lanjut usia tanda-tanda
sikap hormat yang sama seperti tanda-tanda sama yang anda berikan kepada ayah
anda sendiri”[14].
Lalu bagaimana sekarang ini? Kalau
kita berhenti memikirkan situasi aktual sekarang, kita saksikan, bahwa di
antara berbagai bangsa lanjut usia dihargai dan dinilai, sementara di
bangsa-bangsa lain itu banyak kurang terjadi, karena mentalitas yang
memprioritaskan kemanfaatan manusiawi langsung dan produktivitas. Seringkali
sikap itu mengantar kepada sikap menghina terhadap tahun-tahun hidup yang lebih
lanjut, sedangkan para lanjut usia sendiri terdorong untuk merasa heran:
benarkah hidup mereka itu masih dianggap layak.
Malahan dicapai pandangan, seolah-olah
eutanasia makin dikemukakan sebagai pemecahan situasi-situasi yang serba sukar.
Sayang sekali, pada tahun-tahun yang resen ini gagasan akan eutanasia telah
kehilangan bagi banyak orang perasaan takut, yang menurut naluri bangkit
pada mereka yang mempunyai citarasa sikap hormat akan hidup. Pasti dapat
terjadi bahwa, bila penyakit parah membawa serta penderitaan yang tidak
tertahan lagi, pasien tergoda untuk putus asa, dan para terkasih mereka atau
mereka yang bertanggungjawab atas reksa mereka, merasa terdorong oleh belarasa
yang tersesat untuk mempertimbangkan pemecahan “maut yang mudah” sebagai upaya
yang masuk akal. Dalam hal itu perlu diperhatikan, bahwa hukum moral membiarkan
penolakan terhadap “perlakuan medis yang agresif”[15],
dan mewajibkan hanya bentuk-bentuk perlakuan, yang termasuk
kondisi-kondisi normal reksa medis, yang dalam keadaan sakit terminal terutama
berusaha meringankan rasa sakit. Tetapi eutanasia, diartikan sebagai penyebab
kematian yang langsung, perkara yang samasekali lain. Tanpa pandang
maksud-maksud dan situasi-situasi, eutanasia selalu tindakan yang intrinsik
jahat, pelanggaran terhadap hukum Allah dan tindakan yang benar-benar salah
melawan martabat pribadi manusia[16].
10. Ada keperluan yang mendesak untuk
memulihkan perspektif yang cermat-seksama akan hidup sebagai keseluruhan.
Perspektif yang sungguh tepat ialah perspektif kekekalan; terhadap itulah hidup
pada setiap tahap merupakan persiapan yang penuh arti. Usia lanjut pun harus
memainkan peran yang sungguh sesuai dalam proses pematangan tahap demi tahap di
sepanjang jalan menuju masa yang kekal abadi. Dan proses pematangan ini justru
hanya menguntungkan masyarakat luas, termasuk di dalamnya manusia lanjut usia.
Para lanjut usia membantu kita
memandang perkara-perkara manusiawi dengan kebijaksanaan yang lebih besar,
sebab kenyataan-kenyataan hidup yang gilir berganti memberi mereka pengertian
dan kematangan. Merekalah penjaga-penjaga kenangan kolektif kita, oleh karena
itu para penafsir istimewa keseluruhan cita-cita dan nilai-nilai bersama,
yang mendukung dan memandu hidup dalam masyarakat. Menyingkirkan para lanjut
usia dalam arti tertentu berarti mengingkari masa lampau, masa sekarang ini
berurat-akar mendalam, atas nama modernitas tanpa kenangan. Justru karena
pengalaman mereka matang, para lanjut usia mampu menyajikan kepada kaum muda
nasehat dan bimbingan yang bernilai tinggi.
Mengindahkan semuanya itu,
tanda-tanda kerapuhan manusiawi, yang jelas terkait dengan usia yang lebih maju
menjadi seruan ke arah ketergantungan timbal-balik, dan solidaritas yang mutlak
perlu; itulah yang menghubungkan berbagai generasi yang berlainan, sejauh tiap
manusia memerlukan sesama dan menggali harta karun dari kurnia-kurnia dan
karisma-karisma segalanya.
Di situlah refleksi-refleksi seorang
pujangga yang saya sayangi sungguh cocok diterapkan: “Tidak hanya masa depan
sajalah yang kekal-abadi, sungguh hanya masa depan! ….. Memang, masa lampau pun
masa kekal-abadi: Tak sesuatu pun yang sudah terjadi dulu, akan kembali
sekarang ini seperti ketika dulu itu ….. Hal itu akan kembali, tetapi sebagai
Idea; itu tidak akan kembali sebagaimana dirinya sendiri”[17].
0 comments:
Post a Comment