Jumat, 22 Juli 2016
Peringatan Wajib
St. Maria
Magdalena
warna liturgi
Putih
Bacaan
Kid. 3:1-4aª atau
2Kor. 5:14-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18. BcO 1Taw. 22:5-19
Yohanes
20:1,11-18:
1 Pada hari
pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria
Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 11 Tetapi
Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke
dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih,
yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat
mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu,
mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah
diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 14 Sesudah
berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ,
tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 15 Kata Yesus kepadanya:
"Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka
orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau
tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya." 16 Kata Yesus kepadanya:
"Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani:
"Rabuni!", artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: "Janganlah
engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi
kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." 18 Maria
Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!"
dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Renungan:
Kehilangan orang
yang dikasihi memang sangat pedih rasanya. Apalagi orang yang dikasihi itu
meninggal mendadak karena kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba. Banyak orang
sulit move on ketika mengalami itu. Bahkan ada yang harus menghabiskan waktu
bertahun-tahun sampai bisa gerak kembali.
Maria Magdalena
pun sangat kehilangan kala Yesus yang dikasihinya meninggal di salib.
Kesedihannya semakin menjadi kala ia ke kubur dan tidak menemukan jenasah
Yesus. Ia hanya bisa duduk dan menangis. Namun semua itu sirna kala Yesus
mendatanginya. Ia pun mendapatkan perutusan dari pengalaman tersebut.
Siapa pun dari
kita tidak dilarang untuk sedih kala kehilangan orang yang kita cintai. Namun
kita mesti pula sadar bahwa kepergian mereka membawa perutusan tersendiri bagi
hidup kita. Ibu yang ditinggalkan suaminya mesti segera bangkit untuk
menghidupi anak-anaknya. Larut dalam kepedihan bukan hanya menyengsarakan
dirinya sendiri tapi juga mengabaikan perutusan yang diterima. Maka rasanya
kita boleh saja sedih namun tetap perlu segera bergerak menjalani babak baru
perutusan kita.
Kontemplasi:
Bayangkan orang
yang kaukasihi meninggal secara mendadak.
Refleksi:
Apa yang akan
kaulakukan kala orang yang sungguh kaukasihi meninggal dunia?
Doa:
Tuhan kuatkanlah
hati anak-anakMu yang sedang berduka karena ditinggal mereka yang dikasihi. Semoga
mereka menemukan jalan untuk bangkit dan semangat. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjadi
pendorong kebangkitan mereka yang berduka. -nasp-
0 comments:
Post a Comment