Musim Gugur Kehidupan.
5. Apakah arti lanjut usia? Ada
kalanya orang mengacu kepada musim gugur kehidupan – itulah yang disebut oleh
Cicero[9]
– menyusul analogi yang disarankan oleh musim-musim dan tahap-tahap yang berturut-turut
pada alam ciptaan. Kita hanya sekedar menyaksikan perubahan-perubahan yang
sedang berlangsung di pemandangan selama setahun, di pegunungan dan di dataran,
di padang-padang rumput, lembah-lembah dan hutan-hutan, pada pohon-pohon dan
tanam-tanaman. Ada kemiripan yang dekat antara irama-irama hidup manusiawi dan
lingkaran-lingkaran alam yang melingkungi kita.
Tetapi manusia sekaligus disendirikan
dari segala kenyataan-kenyataan lainnya di sekitarnya, justru karena dia
pribadi. Diciptakan menurut citra-keserupaan Allah, manusia menyadari dan
bertanggung-jawab. Meskipun begitu, bahkan dalam dimensi rohaninya ia mengalami
berturut-turutnya berbagai tahap, semua sama-sama berlalu. Santo Efrem dari
Siria suka membandingkan hidup kita dengan jari-jari tangan, baik untuk
menekankan bahwa panjangnya tidak melebihi satu jengkal, maupun untuk menunjukkan
bahwa masing-masing tahap hidup, seperti berbagai jari-jari, mempunyai cirinya
yang khas, dan bahwa “jari-jari mewakili lima langkah, yang dilewati manusia”[10].
Oleh karena itu, sedangkan masa
kanak-kanak dan muda itu waktu-waktu pribadi manusia sedang dibentuk dan
seluruhnya diarahkan ke masa mendatang, dan – dalam mulai menghargai berbagai
kecakapannya sendiri – menyusun rencana-rencana untuk masa kedewasaan, lanjut
usia bukannya tanpa keuntungan-keuntungannya sendiri. Seperti diamati oleh
Santo Hieronimus, dengan makin meredanya nafsu-nafsu “berkembanglah
kebijaksanaan, dan mendatangkan lebih nasehat-nasehat yang matang”[11].
Dalam arti tertentu, itulah musim kebijaksanaan, yang pada umumnya bertumbuh
dari pengalaman, sebab “waktu itu guru yang ulung”[12].
Doa pemazmur terkenal: “Ajarilah kami menghitung cermat hari-hari kami, supaya
kami mencapai kebijaksanaan hati” (Mzm 90:12).
0 comments:
Post a Comment