Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, June 19, 2016

Nyambung Genset Pastoran: Persiapan


"Rama, benjang sonten tidak mboten?" (Rama, besok sore pergi atau tidak) tanya Rm. Bambang kepada Rm. Agoeng ketika makan malam Selasa 14 Juni 2016. Ketika Rm. Agoeng menjawab "Mboten. Onten napa?" (Tidak. Ada apa?), Rm. Bambang berkata "Nenggani le masang kabel saking pasturan" (Menunggu pemasangan kabel dari pastoran). Mendengar kata-kata ini Rm. Agoeng tampak agar terkejut dan berkata "Lho, le masang rak nembe benjang tanggal sangalas, ta?" (Lho, bukakah itu baru akan dilakukan besok Minggu tanggal 19 Juni, ta?). Rm. Bambang kemudian menjelaskan bahwa Pak Naryo kemarin, Selasa 14 Juni, datang bersama Bu Ninik, istrinya, minta Pak Heru dan Mas Abas mengerjakan sedikit demi sedikit tiap sore agar tak kepanasan. "Niki wau sing nandangi Abas, Pak Heru lan malah kalih Pak Tukiran. Pun tekan pojok tembok sor greja sisih ler" (Ini tadi yang mengerjakan Abas, Pak Heru dan Pak Tukiran, para karyawan Domus. Pemasangan sudah sampai pojok tembok di bawah ruang gereja Paroki).

Yang terjadi adalah proses permulaan penyambungan genset Pastoran Paroki Pringwulung ke Domus Pacis. Sebenarnya ini bermula dari pertemuan Rm. Bambang dengan Pak Naryo ketika melayat wafat istri Pak Widi, salah satu warga paroki yang dulu adalah seminaris kakak kelas Rm. Bambang. Rm. Bambang bertanya kepada Pak Naryo apakah dapat membantu mencarikan genset otomatis untuk Domus Pacis. Mendengar pembicaraan ini Bu Ninik yang duduk di samping suaminya menyahut "Nyambung genset pastoran saja. Kekuatannya masih sisa banyak." Ketika Rm. Bambang berkata "Wah, apa ora ngrusuhi?" (Apakah hal ini tidak mengganggu?) yang langsung ditanggapi oleh Bu Ninik "Mangke kula sing matur Rama Paroki" (Nanti saya yang bilang Rama Paroki). Bu Ninik dan Pak Naryo sungguh cepat menghubungi Rm. Toto, Pastor Kepala Paroki. Rama Paroki tidak berkeberatan. Sesudah suami isteri ini tahu bahwa kebutuhan Domus Pacis tak lebih dari 7000 Watz, hal ini dikatakan masih kecil dibandingkan sisa kekuatan genset pastoran Paroki Pringwulung. Ternyata yang akan membantu mengerjakan adalah Pak Singgih, seorang ahli, dari Jakarta. Pak Singgih, kakak Bu Sapti salah satu warga paroki, akan datang pada tanggal 21 Juni. Beliau meminta Pak Naryo sudah mempersiapkan kabel yang digelar dari pastoran hingga Domus.

Ternyata pemasangan kabel besar untuk penyambungan genset dan kabel telepon untuk perlengkapan otomatiknya harus dikerjakan beberapa hari. Karena hujan rencana pekerjaan lanjutan tanggal 15 Juni diundur. Akhirnya ada 2 hari lain untuk menyiapkan kabel pada posisinya untuk melancarkan pekerjaan Pak Singgih. Dua hari itu adalah Minggu dan Senin, 19 dan 20 Juni 2016. Selain Pak Tukiran, Pak Heru dan Mas Abas, hadir pula Mas Handoko sejak Selasa 14 Juni. Kehadiran Mas Handoko sungguh amat bermakna dalam pekerjaan ini. Mas Handoko memang sudah biasa menjadi tim kerja Pak Naryo. Karena ada berita bahwa Pak Singgih kalau perjalanan lancar akan datang pada sore tanggal 20 Juni, maka pada saat berita ini ditulis pengerjaan persiapan pada tanggal ini akan dilakukan pada pagi hari. Karena Mas Handoko baru dapat pulang kerja pada jam 15.00, maka persiapan hari akhir dia tak akan dapat terlibat.

0 comments:

Post a Comment