Kamis, 23 Juni 2016
Hari biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
2Raj. 24:8-17;
Mzm. 79:1-2,3-5,8,9; Mat. 7:21-29. BcO Ezr. 9:1-9,15 – 10:5
Matius
7:21-29:
21 Bukan setiap
orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!" 24 "Setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang
mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab
didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini
dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan
rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu
angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah
kerusakannya." 28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah
orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai
orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Renungan:
Beberapa hari
terakhir ini kita mendengar berita tentang banjir dan tanah longsor. Tidak
sedikit korban jiwa akibat bencana tersebut. Di tanah longsor para korban
terpendam oleh longsoran tanah. Ancaman tanah longsor ini tampaknya masih akan
selalu menghiasi berita dari waktu ke waktu. Banyak rumah penduduk yang
dibangun di antara tebing-tebing yang rapuh.
Memang telah
beberapa tahun bahkan generasi mereka aman tinggal di sana. Dari kakek buyut
mereka tidak ada kejadian seperti itu. Namun tampaknya kita perlu waspada kala
bahaya longsor itu terjadi.
Saya teringat
suatu daerah di area paroki sragen. Kala itu ada suatu dusun yang tanahnya
ambles. Karena kesigapan warga, kala tanah ambles dan rumah mereka hancur tidak
ada satu pun warga yang celaka. Kiranya mereka inilah orang-orang yang paham
dan mengenal alam. Walau mereka berada di wilayah rawan, mereka bagaikan
membangun rumah di atas batu.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu
sejenak. Doakan para korban bencana. Doakan pula mereka yang tinggal di daerah
rawan agar waspada.
Refleksi:
Bagaimana
menyadari bahaya kala berada di wilayah aman?
Doa:
Tuhan semoga aku
tidak terlena dengan kenyamanan selama ini. Semoga aku tetep mampu waspada
dengan bahaya yang mengancam. Amin.
Perutusan:
Aku akan tetap
waspada kala merasa nyaman. -nasp-
0 comments:
Post a Comment