Kamis, 30 Juni 2016
Para Martir Pertama di Roma
warna liturgi Hijau
Bacaan
Am. 7:10-17; Mzm. 19:8,9,10,11; Mat. 9:1-8. BcO Neh. 9:22-37
Matius 9:1-8:
9:1. Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.
9:2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."
9:3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."
9:4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?
9:5 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
9:6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
9:7 Dan orang itupun bangun lalu pulang.
9:8 Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
Renungan:
Seorang
suami isteri yang telah menikah lama pasti saling mengenal kebiasaan
juga kode-kode dari pasangannya. Kadang tanpa kata apapun sang isteri
tahu apa yang dimau suaminya dan sebaliknya. Kadang mereka duduk berdua
di teras tanpa bicara tapi masing-masing tampak paham akan kebutuhannya.
Kebersamaan mereka dan kedalaman relasi mereka membuat mereka saling
mengerti maksud satu sama lain.
Yesus tahu apa yang dipikirkan para
ahli Taurat. "Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka" (Mat 9:4).
Kedalaman batin dan hidupNya membuatNya paham akan pikiran orang
terhadap diriNya.
Rasanya kita pun bisa mengembangkan kemampuan kita
untuk mengenali apa yang dimaui dan dipikirkan sesama kita. Syaratnya
adalah kemendalaman relasi kita dengannya dan ketajaman kita dalam
mengolah hati kita. Semakin mendalam relasi kita dan semakin tajam
pengolahan batin kita, kita akan semakin mampu mengenali kemauan dan
pikiran sesama.
Kontemplasi:
Bayangkan sepasang orang tua
duduk di teras rumahnya. Si lelaki batuk-batuk. Si perempuan bangkit
berdiri pergi lalu membawakan segelas minuman untuk si lelaki.
Refleksi:
Bagaimana kemampuanmu mengenali pikiran sesamamu?
Doa:
Ya Tuhan semoga aku mampu mengenal pikiran sesamaku dengan lebih baik. Amin.
Perutusan:Aku akan mempertajam olah batinku dan kemampuanku mengenali pikiran sesamaku. -nasp-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment