Tentang Pak Singgih, beliau sudah berusia lebih dari 70 tahun tetapi tampak masih gagah dan tegap sekalipun rambut sudah didominasi warna putih. Pak Singgih berangkat dari Jakarta pada Senin 20 Juni pada jam 05.00 pagi. Pada jam 16.42 Bu Ninik mengirim pesan ke Rm. Bambang lewat BBM "Romo ... pak Singgih br smp Kutoarjo. Diperkirakan smp Yogya jam 18.00 dan tetap akan langsung mengerjakan panel." Karena Rm. Bambang pada jam 17.15 akan berangkat misa arwah, dia minta pamit ke Bu Ninik dan berkata "Jam 8 udah di rumah. Hanya di daerahnya Baciro." Ternyata pada jam 18.00 ada pesan BBM masuk "Mo ... ga usah keburu-buru pulang ... pak Singgih minta besok pagi aja." Akhirnya, seperti rencana semula, Pak Singgih mengerjakan panel pada tanggal 21 Juni. Beliau sudah datang pada pagi jam 07.15 bersama seorang tekhnisi sekaligus sopirnya diantar oleh Bu Sapti, adiknya yang tinggal di Pringwulung. Beliau memang seorang ahli berpengalaman. Pak Singgih adalah lulusan STM tahun 1960 yang pada jaman Bung Karno ikut wajib militer dan masuk Angkatan Laut dan bekerja mengurus kelistrikan di dalam kapal. Pada tahun 1962 mengalami pendidikan di Rusia dan kembali pada tahun 1963. Beliau mengundurkan diri dari Angkatan Laut pada tahun 1970 dan menjadi pekerja di perusahaan. Dari sini kalau ada alat-alat dari luar negri Pak Singgih harus berlatih di tempat pembuat. Tambahan latihan ini terjadi di Jepang dan Jerman. Akhirnya hingga kini Pak Singgih mempunyai perusahaan sendiri.
Bersama tekhnisinya dan dibantu oleh Pak Naryo, Pak Singgih menyelesaikan pekerjaan itu hingga siang pada jam 11.30an. Bu Ninik juga ikut menunggu. Kebetulan saja listrik PLN sejak sekitar jam 09.00an mati. Maka hal ini menjadi kesempatan untuk langsung mencoba sambungan genset dari Pastoran Pringwulung untuk listrik Domus Pacis. Yang terjadi memang sungguh tersambung dan nyalanya tampak melebihi kekuatan dari aliran PLN. Tetapi masih ada satu hal yang harus ditunggu, yaitu apakah kalau aliran PLN hidup sambungan genset sudah dapat mati secara otomatis atau belum. Karena Pak Singgih akan pergi putar-putar bersama 4 orang cucunya yang sudah menyusul, beliau berpesan pada Pak Naryo "Nanti kalau ada apa-apa telpon, ya." Tentu saja Pak Naryo menyanggupinya. Syukurlah, ketika aliran PLN hidup genset dapat mati secara otomatis. Pada jam 18.09 Bu Ninik menelpon Rm. Bambang memberikan informasi bahwa panel dan 1 rol kabel dibayar oleh Pak Singgih sementara yang lain oleh Pak Naryo. Rm. Bambang pada makan malam hanya dapat menginformasikan semua ini ke rama-rama lain.
0 comments:
Post a Comment