Minggu, 05 Juni 2016
Hari Minggu Biasa
X
warna liturgi
Hijau
Bacaan
1Raj. 17:17-24;
Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Gal. 1:11-19; Luk. 7:11-17. BcO Flp. 1:1-11
Lukas
7:11-17:
11 Kemudian Yesus
pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama
dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 12 Setelah
Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki,
anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai
janda itu. 13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" 14 Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia
berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" 15 Maka
bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya
kepada ibunya. 16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil
berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya." 17 Maka tersiarlah kabar tentang
Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Renungan:
Yesus
membangkitkan pemuda dari Nain. Orang-orang yang berada di sekitar pemuda,
"Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata:
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya" (Luk 7:16). Peristiwa orang mati lalu
hidup lagi sudah pasti akan menggemparkan. Situasi itu makin heboh kala tahu
siapa orang yang berkuasa membangkitkan yang mati. Mereka pun ketakutan dan
memuliakan Allah.
Saya teringat
pengalaman gempa 10 tahun yang lalu. Ketika gempa terjadi dan berlangsung cukup
lama, orang-orang ketakutan, berlari keluar rumah sambil mengucapkan aneka
macam doa yang sempat mereka lambungkan. Dalam situasi panik mereka memohon
pada Allah agar membebaskannya dari ancaman.
Rasanya dinamika
tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita. Kala kita mengalami
ketakutan ada kekuatan yang bisa kita andalkan untuk menenangkan dan menguatkan
hati kita. Allah. Kita percaya Dia akan menolong kita. PertolonganNya selalu
tepat pada waktunya.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
sedang mengalami ketakutan. Hanya serah diri pada Allah yang bisa
kaulambungkan. Bantuan Allah pun datang tepat pada waktunya.
Refleksi:
Bagaimana percaya
pada karya Allah kala anda mengalami ketakutan?
Doa:
Bapa kuatkan
hatiku untuk selalu memegang namaMu kala ketakutan menghampiriku. Amin.
Perutusan:
Aku percaya Allah
selalu membebaskanku dari rasa takut. -nasp-
0 comments:
Post a Comment