"Dalam Yesus kita bersaudara; Dalam Yesus kita bersaudara; Dalam Yesus kita bersaudara; Sekarang dan selamanya; Dalam Yesus kita bersaudara". Lagu ini dinyanyikan oleh Rm. Bambang sambil duduk memencet keyboard untuk mengiringi dengan musik. Ketika Rm. Bambang melantunkan lagu itu 22 orang remaja putri-putra dan 22 orang ibu-bapak langsung ikut menyanyikan. Suasana makin lama makin hangat karena setiap kali Rm. Bambang mengganti kata-kata "kita bersaudara" dengan kata-kata lain seperti "kita di Domus Pacis", "kita kumpul bersama", lalu sambil berdiri "kita bergandeng tangan", "kita salam-salaman", "kita elus-elusan" dan banyak kata-kata lain yang langsung disertai dengan gerak raga. Suasana memang jadi cair penuh tawa dan keceriaan. Kemudian salah satu bapak tampil jadi MC memandu acara: 1) Doa pembuka; 2) Sambutan wakil rombongan; 3) Sambutan wakil Domus Pacis yang diserahkan pada Rm. Bambang; 4) Sharing panggilan dari rama-rama Domus; 5) Penyerahan kolekte dari para calon Krisma yang diterima oleh Rm.Yadi; 6) Penutup sekaligus doa makan.
Itu adalah peristiwa rombongan kunjungan dari Stasi Seyegan, Paroki Medari, ke Domus Pacis pada Minggu 12 Juni 2016. Dua puluh dua orang remaja itu adalah calon penerima Sakramen Krisma yang sedang mempersiapkan diri. Sedang 22 orang lain adalah wali Krisma. Kata wakil mereka yang memberikan sambutan jumlah semua calon penerima Krisma ada 23 orang tetapi yang satu berhalangan ikut. Acara di Domus Pacis dijadikan salah satu pertemuan persiapan untuk mendapatkan cakrawala tentang panggilan hidup imamat dan membiara. Dari rama Domus yang tampil sharing ada 3 orang:
- Rm. Yadi. Rm. Yadi pada saat masih muda pernah masuk biara bruder tetapi kemudian keluar. Beliau kemudian menjadi guru dan kepala sekolah SMP dan mengalami lika-liku proses masuk Seminari sebagai calon imam karena usianya yang sudah tua. Beliau mulai masuk Seminari Tinggi Kentungan ketika usia sudah 36 tahun. Untuk menjalani studi tentu sudah banyak mengalami kesulitan sehingga dalam ujian selalu mengulang beberapa mata kuliah. Tetapi akhirnya toh ditahbiskan sebagai imam. Yang menjadi pegangan adalah "Pokoknya menjaga hidup baik".
- Rm. Harto. Ketika masih sekolah, setiap kali ada yang menanyakan apakah ingin jadi pastor, Rm. Harto selalu menjawab "tidak mau". Tetapi pada akhir pendidikan SMA beliau diminta oleh pastor parokinya untuk mendaftarkan diri masuk seminari. Rm. Harto mengalami pendidikan seminari sesudah lulus SMA di Realino. Hal yang dipegang teguh adalah "Serahkan segalanya pada Tuhan, Tuhan akan mengerjakannya".
- Rm. Bambang. Motivasi Rm. Bambang masuk seminari sebenarnya hanya karena sudah terlanjur omong "Aku berani jadi rama" karena emosi diejek oleh salah satu kerabatnya. Sebagai anak tunggal dan golongan cacad karena kaki pincang, Rm. Bambang mengalami hambatan masuk seminari. Tetapi ketika ikut mendaftar sesudah lulus SMA (karena dia dibaptis ketika sudah masuk SMA) dia diterima. Pernah keluar selama 2 tahun barangkali karena motivasi kurang kuat dan kebetulan mengalami sakit serius. Tetapi selama keluar ternyata hatinya selalu teringat seminari sehingga kemudian kembali di Seminari Tinggi Kentungan. Rm. Bambang memegang sikap pokok "Menjaga diri agar mudah gembira".
0 comments:
Post a Comment