Kamis, 09 Juni 2016
Efrem
warna liturgi
Hijau
Bacaan
1Raj. 18:41-46;
Mzm. 65:10abcd,10e-11,12-13; Mat. 5:20-26. BcO Flp. 3:1-16
Matius
5:20-26:
20 Maka Aku
berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada
nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi
Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah
Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang
menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas
mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap
engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah
berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau
bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan
engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan
engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai
lunas.
Renungan:
Sebagai manusia
kadang-kadang kita sulit menjaga emosi dan mulut kita. Karena situasi tertentu
mulut kita mengeluarkan kata-kata sinis, amarah yang seringkali membuat orang
lain terluka. Kita pun sering menyesal ketika kata-kata itu sudah terlontar.
Tuhan mengatakan,
"Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang
berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa
yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala"
(Mat 5:22). Tuhan mengajak kita untuk menjaga mulut kita supaya tidak gampang
menghakimi orang lain.
Memang kita perlu
sungguh menjaga agar mulut kita tidak gampang mengeluarkan penghakiman kepada
sesama kita. Salah satu cara yang mungkin bisa membantu adalah tarik nafas
dalam-dalam ketika emosi tersebut hendak keluar dari mulut kita. Dalam bahasa Jawa "ngunjal ambegan".
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
lagi dalam bara amarah. Lalu tariklah nafas dalam-dalam dan lepaskan
perlahan-lahan.
Refleksi:
Bagaimana menjaga
agar mulut kita tidak gampang menghakimi sesama?
Doa:
Tuhan jagailah
mulutku supaya tidak melukai sesamaku. Jagailah hatiku agar selalu menghadirkan
perdamaian. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjaga
mulutku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment