Selasa, 22 September 2015
St. Ignatius dr Santhi,
Yusuf Calasanz Marqus, Henrikus Saiz, Yohanes Maria dr Salib
warna liturgi Hijau
Bacaan
Ezr. 6:7-8,12b,14-20;
Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5; Luk. 8:19-21. BcO Yes. 5:8-13,17-24
Lukas
8:19-21:
19 Ibu dan
saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia
karena orang banyak. 20 Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan
saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." 21 Tetapi
Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang
mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
Renungan:
Dalam sebuah pesannya
seorang bapak mengatakan kepada anaknya yang merantau, "Kalian pergi
merantau. Saudara-saudaramu adalah tetanggamu. Maka baik-baiklah dengan mereka.
Apapun yang terjadi padamu merekalah yang akan lebih dulu tahu." Tentu bukan
berarti melepaskan persaudaraan darah. Namun secara real orang yang akan tahu
keseharian mereka adalah para tetangga. Maka layak kalau mereka disebut
saudara, saudara baru.
Yesus juga memperluas
hubungan persaudaraan. Persaudaraan tidak dibatasi oleh darah. BagiNya, "Ibu-Ku
dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya" (Luk 8:21). Mereka yang mendengarkan dan melakukan firman
Allah layak disebut sebagai saudara.
Kita pun sering merasakan
persaudaraan dengan sesama kita walau bukan dalam hubungan darah. Mereka begitu
dekat dan mengenal keseharian kita. Maka marilah kita angkat persaudaraan itu
dalam kerangka mendengarkan dan melakukan firman Tuhan.
Kontemplasi:
Bayangkan hidupmu
sekarang ini. Rasakan kehadiranmu di lingkungan sekitarmu. Temukan semangat
persaudaraan dengan tetanggamu.
Refleksi:
Bagaimana kehidupan
bersaudaramu?
Doa:
Tuhan berkatilah
orang-orang yang memperhatikan diriku. Jaminlah mereka dengan anugerahMu.
Semoga firmanMu selalu didengarkan dan dilakukan. Amin.
Perutusan:
Aku akan mendengarkan dan
melakukan firman Tuhan supaya layak disebut saudara. -nasp-
0 comments:
Post a Comment