Oleh: Drs. H. Zainuddin Sri Kuntjoro, MPsi
Pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada
jenis pekerjaan yang statis daripada pekerjaan yang bersifat dinamis dan
menantang. Dampak yang mereka peroleh adalah pekerjaan yang memberi
kepuasan pada dirinya walaupun pekerjaan itu jelas berbeda dengan
pekerjaan orang yang lebih muda atau pekerjaan pada masa mudanya. Bahkan
mereka mengetahui bahwa sebentar lagi akan pensiun, atau bagi yang
sudah pensiun akan berhenti bekerja, sehingga apa yang dilakukan tidak
mempengaruhi sikap mereka terhadap pekerjaannya jika mereka memang
menikmati apa yang mereka kerjakan. Bagi lansia yang bukan pegawai
negeri atau karyawan swasta, misalnya wiraswastawan, pedagang, ulama,
guru swasta dan lain-lain pikiran tentang pensiun mungkin tidak
terlintas, mereka umumnya mengurangi kegiatannya setelah lansia dan
semakin tua tugas-tugas tersebut secara berangsur berkurang sampai suatu
saat secara rela dan tulus menghentikan kegiatannya. Kalau mereka masih
mau melakukan kegiatan umumnya sebatas untuk beramal atau seolah-olah
menjadi kegiatan hobby. Dalam kehidupan keluarga biasanya anak-cucu
mereka cenderung keberatan jika kakeknya yang sudah lanjut usia masih
harus bekerja mencari nafkah oleh karena itu kebutuhannya dicukupi oleh
anak cucu atau keluarganya. Dalm kondisi demikian bekerja bagi lansia
bukan keharusan lagi, namun lebih untuk bersenang-senang dalam menikmati
masa tuanya.
Bagi wanita yang tidak bekerja selama masa dewasa
dini, dengan kesibukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak.
Bekerja sebagai ibu rumah tangga sepanjang kurun waktu usia madya akan
mendapatkan kompensasi kepuasan dari tanggung jawab keluarga dan rumah
tangga karena dapat mengantarkan anak-anak menjadi dewasa, menyelesaikan
studinya, mendapatkan pekerjaan sampai berkeluarga. Mereka akan merasa
sangat puas dan bangga atas upayanya bila dapat mengantarkan
ankak-anaknya sampai bekerja dan berkeluarga. Bagaimanapun juga wanita
dari kelompok ini, yang bekerja, cenderung merasa kurang puas dengan
pekerjaannya ketimbang pria. Meskipun peran pasangan hidupnya (suaminya)
turut menentukan kepuasan dalam bekerja. Jika suami sangat mendukung
dengan kondisi pekerjaan istri, maka si wanita akan cenderung merasa
puas dan bangga memiliki penghasilan. Hal itu perlu dimaklumi juga
terutama karena pekerjaan yang tersedia bagi wanita madya yang mencoba
untuk bekerja kembali kurang menarik dan kurang menantang tidak seperti
pekerjaan yang tersedia atau yang dikerjakan oleh pria madya yang mudah
berpindah kepekerjaan lain pada usia madya. Akibat keadaan tersebut
wanita lanjut usia merasa kurang puas dengan pekerjaannya namun disisi
lain mereka kurang merasa terganggu dengan tibanya masa pensiun
ketimbang pria lanjut usia.
Sikap
Bagaimana sikap seseorang terhadap pekerjaan
sebenarnya sangat penting bagi semua tingkat usia terutama pada lanjut
usia karena tidak hanya mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dilakukan
tetapi juga sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang. Pada masa
lanjut usia, yang juga terjadi pada tingkat usia lain selama rentang
hidup masa dewasa, orang mempunyai alasan yang berbeda terhadap
pekerjaan yang diinginkan, seperti yang diungkapkan oleh Havighurst
Hurlock(1992:414), bahwa sikap terhadap kerja merupakan dasar terhadap
pekerjaan yang diinginkan.
Budaya sikap kerja yang berlaku sebelumnya juga dapat
mempengaruhi sikap pekerja lanjut usia terhadap pekerjaannya. Mereka
yang pertumbuhan masa dewasanya terjadi ketika sikap budaya terhadap
pekerjaan pada umumnya lebih menyenangkan dibandingkan dengan sekarang,
mempunyai sikap kerja yang sangat berbeda dibandingkan dengan orang
muda. Hal ini mau tidak mau mewarnai sikap mereka terhadap pekerjaannya
dan menambah kesulitan mereka dalam menyesuaikan diri karena tidak dapat
memperoleh pekerjaan, padahal kondisi secara fisiknya masih
memungkinkan untuk bekerja.
Kesempatan Kerja
Sangat disayangkan, bila pria atau wanita lanjut usia
harus kehilangan pekerjaan. Seringkali hal tersebut bukan karena
kesalahan mereka sendiri, tetapi lebih disebabkan sangat sedikitnya
kesempatan kerja yang tersedia bagi lansia, walaupun mereka ingin
bekerja dan sanggup untuk melakukan pekerjaan tersebut. Situasi yang
serupa juga terjadi bagi mereka yang ingin berganti pekerjaan, karena
mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan sekarang atau mereka sudah
bosan terhadap pekerjaan yang sudah puluhan tahun ditekuni. Acapkali
mereka juga merasa pekerjaan yang telah lama ditekuni dirasakan semakin
berat, sehingga tidak sesuai lagi untuk diri mereka yang sudah berusia
lanjut, namun mereka mengalami kesulitan untuk mengalihkan pekerjaan
tersebut dengan pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai dengan kondisi
mereka.
Selama usia madya kesempatan bekerja berkurang
dengan cepat. Pada usia madya sangat sulit bahkan sering tidak mungkin
memperoleh pekerjaan baru. Bagi lansia yang masih mendapat pekerjaan
tentu sangat beruntung, hanya saja jenis pekerjaan yang diperoleh
umumnya lebih banyak bersifat monoton, pekerjaan yang statis dan kurang
berkembang dan mungkin juga tidak sesuai dengan tingkat kemampuan dan
latihan yang pernah diterima. Hal itu mengakibatkan mereka merasa tidak
puas. Secara relatif, hanya ada beberapa pekerjaan yang terbuka bagi
orang lanjut usia yang berketrampilan tinggi atau jenis pekerjaan yang
memerlukan tanggung jawab tinggi atau juga pekerjaan profesional yang
sangat diperlukan di masyarakat. Dalam dunia usaha dan industri hanya
pekerjaan yang ringan dan menyenangkan saja yang tersedia bagi pekerja
lanjut usia.
Semua itu berarti bahwa secara keseluruhan skala
pendapatan bagi kebanyakan pekerja lanjut usia berada pada urutan paling
bawah dan hanya sedikit sekali yang memperoleh pendapatan tinggi,
kecuali bagi seorang profesional seperti dokter, notaris, pengacara atau
Guru Besar. Akibatnya, banyak pekerja lanjut usia memperoleh hanya
sedikit kepuasan dari pekerjaannya.
Bagi lansia yang sanggup melaksanakan tugas
dengan baik sekalipun harus menunggu bertahun-tahun, promosinya sangat
lambat. Selain itu pekerjaan yang memerlukan tanggung jawab lebih besar
seringkali diserahkan pada pekerja yang lebih muda. Dalam kondisi
demikian, jika sang lansia merasa bahwa tugas / pekerjaan mereka hanya
menghitung-hitung waktu sampai mencapai usia pensiun, maka kontribusinya
bagi majikan/perusahaan menjadi jauh kurang berharga ketimbang saat
sebelumnya. Di samping itu peraturan dari perusahaan maupun pemerintah
ikut mempersulit bagi lansia yang masih ingin bekerja dan berkarya,
karena tenaga-tenaga muda yang potensial dan enerjik banyak yang antri
untuk menggantikan kedudukan yang sudah tua. Hal semacam itu merupakan
dilema bagi lansia dalam bekerja dan berkarya.
Kinerja
Hasil penelitian tentang keuntungan dan kerugian
yang diperoleh apabila mempekerjakan lanjut usia sangat bergantung pada
jenis pekerjaan yang dikerjakan. Beberapa jenis pekerjaan mungkin lebih
sesuai bagi pekerja lanjut usia dan beberapa jenis lainnya lebih cocok
untuk pegawai yang lebih muda. Jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan
pengalaman dan kemampuan membuat keputusan, lebih mengutamakan kualitas
hasil kerja daripada kecepatan, merupakan jenis pekerjaan yang lebih
sesuai bagi pekerja lanjut usia. Pekerja lanjut usia dapat
mengkompensasikan kelambanan dalam bekerja dan kesulitannya dalam
menyesuaikan diri dengan stabilitas dan kemampuan bekerja tanpa
pengawasan.
Penelitian tentang pekerja lanjut usia menekankan
pada kualitas kerja yang menyumbang keberhasilan mereka dalam kerja.
Pekerja lanjut usia, misalnya karena mereka banyak memiliki pengalaman,
cenderung bekerja dengan gerak yang lamban daripada pekerja muda yang
kurang berpengalaman. Kelebihan ini dapat menutupi kelemahan mereka
dalam bekerja. Pertambahan beban masalah yang berhubungan dengan
kehidupan pribadinya juga berkurang daripada pekerja muda yang
keinginannya biasanya lebih dipusatkan pada cinta keluarga, sementara
bagi lansia yang penting adalah rasa aman untuk bekerja dan tidak
dikejar-kejar waktu, sehingga dapat bekerja dengan tenang.
Lanjut usia yang bekerja, seperti dijelaskan di
atas, umumnya lebih stabil dan tenang sehingga tidak resah dan tidak
mudah kecewa dengan pekerjaannya. Mereka juga kurang berminat untuk
berganti pekerjaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda. Mereka
juga senang untuk berdemonstrasi bila ada kekecewaan. Perlu diakui bahwa
volume pekerjaan mereka mungkin juga lebih sedikit daripada volume
kerja orang muda, namun secara kualitas mungkin lebih baik dan dapat
dijadikan andalan. Mereka lebih sedikit melakukan kekeliruan, hal ini
sebagian disebabkan karena cara membuat keputusan lebih baik dan
sebagian lagi karena cara kerja mereka lebih pasti, hati-hati walaupun
lebih lambat lambat.
Kesadaran diri para pekerja usia lajut lebih
besar karena sikap mereka lebih matang dan mereka ingin terus memiliki
pekerjaan tersebut. Akibatnya, mereka biasanya lebih dapat diandalkan
dalam kualitas hasil pekerjaannya. Ketidakhadiran karena alasan sakit
atau rasa tidak senang kerja paling banyak dilakukan oleh pekerja yang
lebih muda, terutama mereka yang masih berumur dibawah duapuluh tahun,
sedang pekerja lanjut usia jauh lebih jarang untuk tidak masuk. Bagi
mereka yang secara psikologis merasa terjamin dan tidak diburu waktu
biasanya tidak mudah stres dan tahan sakit.
Kecelakaan pada umumnya jarang terjadi, karena
pekerja usia lanjut sangat berpengalaman dan sangat hati-hati. Meski
pendapat umum seringkali menganggap bahwa para lansia mudah lengah dan
kurang reaktif sehingga sangat berisiko dalam bekerja, namun
kenyataannya tidaklah demikian. Argumentasi bahwa pekerja lanjut usia
kurang begitu bisa bergaul dengan pekerja yang lebih muda dan teman
sejawat daripada mereka yang masih muda juga tidak benar. Kenyataan yang
ada adalah para pekerja usia lanjut cenderung menghindari komunikasi
yang tidak perlu, karena desakan dari kebutuhannya tidak banyak. Hal
yang penting bagi mereka adalah bekerja dengan senang dan tenang. Meski
beberapa pekerja lanjut usia memang mempunyai kemampuan penyesuaian diri
yang rendah dibandingkan dengan mereka yang lebih muda, tetapi
persentase mereka tidak begitu besar ketimbang persentase pekerja yang
lebih muda yang mempunyai kesulitan dalam bergaul dengan rekan
sekerjanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa nampaknya sikap sosial
yang tidak menyenangi pekerja lanjut usia dan cenderung memojokkan
mereka dengan berbagai anggapan negatif dalam kenyataannya tidak
terbukti. Oleh karena itu sebenarnya perlu dipertimbangkan alasan yang
tepat untuk memutuskan hubungan kerja lansia, bukan sekedar karena
alasan tua (usia lanjut). Hal ini penting mengingat bahwa pekerja usia
lanjut pun dapat juga menegerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu sama
baiknya dengan mereka yang berusia muda, karena pengalaman dan kemampuan
untuk mengambil keputusan dengan pertimbangan masak. (jp)
0 comments:
Post a Comment