Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 17, 2016

Sabda Hidup


Kamis, 18 Agustus 2016
Hari Biasa
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Yeh. 36:23-28; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 22:1-14 BcO Pkh. 6:12-7:28

Matius 22:1-14:
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2 "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. 3 Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. 4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. 5 Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, 6 dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. 7 Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. 8 Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 9 Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. 13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Renungan:
Sebuah kebanggaan bagi orang punya kerja adalah kalau mereka yang diundang hadir. Tamu-tamu yang berdatangan dan memenuhi kursi yang disediakan memberikan kepuasan tersendiri bagi yang punya kerja. Sebaliknya kala para undangan tidak datang orang yang punya kerja akan merasa sedih dan tidak berarti. Apalagi kala yang diundang menolak mentah-mentah bahkan menganiaya orang yang diminta menghantarkan undangan.
Sang Raja pun marah dan mengirimkan pasukannya kala yang diundang dalam perjamuan malah menganiaya utusannya. "Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka" (Mat 22:7). Ia sangat merasa tersinggung dan murka dengan sikap mereka.
Dalam keseharian kita kita pun sering mengalami sebagai pengundang ataupun orang yang diundang. Keduanya menuntut sikap positif dari kita. Sebagai orang yang diundang kita perlu menanggapi undangan. Sebagai pengundang kita perlu rendah hati mengharapkan kehadiran yang diundang. Selain itu kita pun perlu menata diri agar hadir sebagai orang yang pantas mengikuti pesta.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu mendapat undangan pesta. Perhatikan sikapmu kala menerima undangan tersebut.

Refleksi:
Apa yang akan kaulakukan kala mendapat undangan pesta?

Doa:
Tuhan semoga aku hadir secara layak dalam pestaMu. Pantaskanlah diriku sebagai pilihanMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan hadir dalam undangan pesta Tuhan secara layak. -nasp-

0 comments:

Post a Comment