Jumat, 05 Agustus
2016
Pemberkatan
Gereja Basilik SP Maria
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Nah. 1:15; 2:2;
3:1-3,6-7; MT Ul. 32:35cd-36ab,39abcd,41; Mat. 16:24-28. BcO Mal. 1:1-14;
2:13-16
Matius
16:24-28:
24 Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam
kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan
membalas setiap orang menurut perbuatannya. 28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka
melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."
Renungan:
Suatu kali aku
bertemu dengan beberapa keluarga yang tekun menjalani iman Katolik. Untuk ke
Gereja paroki mereka harus menempuh jarak 35 km. Maka mereka sering hanya ke
gereja stasi atau menunggu imam datang untuk pelayanan bulanan. Bukan hal mudah
bagi mereka untuk bertahan dalam imannya. Aneka macam tangtangan telah mereka
hadapi.
Rasanya memang
untuk mengikuti Dia dibutuhkan kesiapan hati dan ketekunan hidup serta daya
tahan. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena
barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Mat
16:24-25).
Semangat dan daya
juang diperlukan dalam menjaga keutuhan diri kita. Setiap orang memiliki
bebannya sendiri, dan setiap orang pun mempunyai tenaga yang cukup untuk
menanggung bebannya. Kadang kita pun harus menanggung beban yang berat kala
mengikutiNya. Bahkan mungkin kadang terasa berat karena tidak sesuai dengan
selera dan kemauan hati kita. Namun kala kita menjaga keutuhan denganNya kita
akan mampu menanggungnya dan tidak merasa tak ada yang memperhatikan kemauan
kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kala
dirimu merasa orang tidak mengenali rasa perasaanmu. Kenali rasa perasaanmu,
seleramu, dibanding dengan ketekunan mengikutiNya.
Refleksi:
Bagaimana
menyelaraskan rasa perasaanku dengan ketekunan memikul salibNya?
Doa:
Tuhan ampunilah
aku yang seringkali mencari cara mudah dan meninggalkan langkah salib yang
mesti kupikul. Ampunilah aku yang sering spontan menuduh orang-orang menuntut
diriku tanpa memperhatikan rasa perasaanku. Amin.
Perutusan:
Aku akan
menyatukan keinginanku dengan jalan yang dikehendaki Tuhan. -nasp-
0 comments:
Post a Comment