Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, August 21, 2016

Sabda Hidup



Senin, 22 Agustus 2016
Peringatan wajib
SP Maria, Ratu
warna liturgi Putih 
Bacaan
2Tes. 1:1-5,11b-12; Mzm. 96:1-2a,2b-3,4-5; Mat. 23:13-22. BcO Tit. 2:1-3:2

Matius 23:13-22:
13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. 14 (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) 15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. 16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. 17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? 18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. 19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? 20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. 21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. 22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.

Renungan:
Suatu kali saya mendengarkan kotbah yang indah sekali. Kata-kata si pengkotbah terasa sejuk dan menenteramkan hati. Saya senang sekali mendengarnya. Namun saat pulang banyak orang berguman, "Kotbahnya bagus, tapi kenyataannya tidak seperti yang dikotbahkan." Yang lain menanggapi, "Kita dengarkan kata-katanya, tapi tidak perlu mengikuti tindakannya."
Yesus mengkritik ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka mengajar banyak hal namun tidak melaksanakannya. Mereka menimpakan aneka macam ajaran dan aturan kepada para pendengarnya. Maka setiap orang yang mendengarnya semakin mendapatkan tambahan beban darinya. Orang Farisi dan ahli Taurat semakin melenggang, meninggalkan beban dan tidak merasakan beratnya beban tersebut.
Berkotbah, mengajar memang mudah-mudah gampang. Gampang kalau mau omong hal-hal baik dan ideal. Gampang omong sesuatu yang meyakinkan. Ratusan menit bisa kita habiskan untuk itu. Namun rasanya kotbah bukan hanya yang bisa keluar dari mulut kita. Kotbah menuntut adanya pengalaman batin dari tindakan yang pernah kita lakukan. Ketika kita berkotbah dan kotbah kita berdasarkan pengalaman iman harian kita maka mereka yang mendengarnya pun akan merasakan daya dari kotbah tersebut.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu mendapatkan giliran untuk berkotbah. Persiapkan dan rangkai kotbahmu.

Refleksi:
Apa yang akan anda katakan kala mesti berkotbah?

Doa:
Tuhan semoga kata-kata yang muncul dari mulutku berasal dari pengalamanku bersamaMu. Semoga aku mampu menyemangati dan meneguhkan orang dan bukan membebani mereka. Amin.

Perutusan:
Aku akan berkata-kata berdasarkan pengalaman iman harianku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment