Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 3, 2016

Sabda Hidup


Kamis, 04 Agustus 2016
Peringatan Wajib
St. Yohanes Maria Vianney
warna liturgi Putih 
Bacaan
Yer. 31:31-34; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 16:13-23. BcO Yl. 3:9-21

Matius 16:13-23:
13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 20 Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias. 21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Renungan:
Setiap orang menginginkan kesuksesan dan menghindari penderitaan. Tidak sedikit pula orang yang tidak gampang menerima penderitaan yang harus dia tanggung. Beberapa waktu yang lalu saya melihat seorang bule yang nangis-nangis karena demam yang dia alami. Anaknya pun sampai menenang-nenangkannya.
Petrus pun tidak mau dengan warta penderitaan yang disampaikan Yesus. "Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (Mat 16:22). Tuhan pun menegur keras penolakan Petrus itu. Bahkan Ia mengatakan, "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" (Mat 16:23).
Tiada hidup tanpa penderitaan, minimal perjuangan. Ada masa-masa di mana kita harus mengeluarkan seluruh energi kita untuk meraih sesuatu. Kemauan hati kita untuk meneguhkan langkah perjuangan akan membuka kemungkinan untuk meraih apa yang kita impikan. Tanpa kemauan untuk berjuang kita akan berhenti pada impian tanpa mengalami fakta yang kita cita-citakan.

Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Mat. 16:13-23. Lihatlah dalam dirimu apa yang mesti dibentak oleh Yesus.

Refleksi:
Iblis apa yang harus dibuang, yang menghambat semangatmu?

Doa:
Tuhan singkirkanlah iblis yang menghambat langkahku. Aku mau berjuang bersamaMu.  Amin.

Perutusan:
Aku akan menjalani peziarahan hidupku walau harus melalui perjuangan yang tidak mudah. -nasp-

0 comments:

Post a Comment