Sabtu, 27 Agustus 2016
Peringatan Wajib St.
Monika
warna liturgi
Putih
Bacaan
1Kor. 1:26-31;
Mzm. 33:12-13,18-19,20-21; Luk. 7:11-17,
atau (Sir.
26:1-4,16-21; Mzm. 131:1,2,3; Luk. 7:11-17). BcO Ef. 6:1-9
Lukas
7:11-17:
11 Kemudian Yesus
pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama
dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 12 Setelah
Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki,
anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai
janda itu. 13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" 14 Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia
berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" 15 Maka
bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya
kepada ibunya. 16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil
berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya." 17 Maka tersiarlah kabar tentang
Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Renungan:
Kematian
meninggalkan kesedihan pada mereka yang ditinggal. Tangisan pun sering kita
dengar bila ada peristiwa kematian. Bahkan ada masyarakat tertentu yang
mempunyai kelompok menangis kala ada kematian. Bagi orang tertentu kepedihan
karena kematian orang yang dicintai bisa berlangsung sangat lama.
Janda dari Nain
pasti juga mengalami kepedihan yang mendalam. Anak laki-lakinya meninggal.
Harapannya hilang. Ia pun harus berjuang sendirian. Melihat itu hati Yesus
tergerak. Ia pun mendatangi sang janda, menguatkan, menghibur bahkan memberi
hadiah yang luar biasa. Sang anak yang mati dibangkitkan.
Kiranya kita pun
layak untuk belajar untuk menyikapi mereka yang lagi larut dalam kesedihan.
Kehadiran, sapaan, dan penghiburan akan membantu mereka bangkit dari keterpurukannya.
Sering ada keraguan untuk mendekati mereka yang lagi sedih. Namun sebenarnya
mereka sungguh membutuhkan kehadiran kita, walau tak ada kata yang muncul dari
mulut kita.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
bertemu dengan orang yang masih dirundung oleh kepedihan.
Refleksi:
Apa yang akan
kaulakukan kepada mereka yang sedih hatinya?
Doa:
Tuhan semoga aku
mampu hadir untuk menguatkan mereka yang lagi pedih hatinya. Semoga mereka
kaubangkitkan kembali. Amin.
Perutusan:
Aku akan hadir
pada mereka yang dirundung duka. -nasp-
0 comments:
Post a Comment