Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, August 9, 2016

Sabda Hidup


Rabu, 10 Agustus 2016
Pesta St. Laurensius
warna liturgi Merah 
Bacaan
2Kor. 9:6-10; Mzm. 112:1-2,5-6,7-8,9; Yoh. 12:24-26. BcO Kis. 6:1-6; 8:1,4-8

Yohanes 12:24-26:
24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. 25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. 26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Renungan:
Suatu kali ada seorang kepala desa yang setiap hari keliling dari satu kampung ke kampung lain di desanya. Ia begitu dekat dengan warganya. Keputusan-keputusan yang diambil pun selalu didukung oleh warganya karena selaras dengan kebutuhan mereka. Ia menjadi kepala desa yang sangat dicintai dan dihormati. Namanya selalu dikenang.
Biji gandum akan tumbuh kala ia mau mati dan melebur bersama tanah. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yoh 12:24). Kesatuan dengan bumi membuat biji gandum itu menghasilkan buah yang banyak.
Banyak orang terkesan menjaga image terhadap anak buahnya. Bahkan tidak jarang mereka sengaja menjaga jarak. Image sebagai pimpinan mesti ditata sedemikian rupa. Sikap itu membuat dirinya jauh dengan "rekan" kerjanya. Ia jadi sulit mengenali apa yang dirasa, diperjuangkan dan dikeluhkan rekannya. Kalau ada kekurangan yang sepontan adalah amarah. Kiranya sikap seperti itu bukanlah sikap melebur dan menyatu. Kiranya kita pun perlu mengubah sikap kepemimpinan seperti itu. Sang kepala desa tadi rasanya bisa menjadi contoh pola kepemimpinan masa kini.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu menjadi seorang pemimpin. Perhatikan sikapmu kepada anak buahmu.

Refleksi:
Bagaimana menghasilkan buah yang banyak dalam kepemimpinanmu?

Doa:
Tuhan semoga aku bisa dekat dengan mereka yang kaupercayakan untuk kupimpin. Semoga aku bisa menyatu dengan mereka menuju perkembangan hidup bersama yang baik. Amin.

Perutusan:
Aku akan menyatukan hati dengan segala yang dipercayakan kepadaku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment