Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, December 8, 2013

DISORIENTASI SPIRITUAL (Sajian 8)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Krisis Identitas

Berada kembali di Perancis membuatku banyak merenungkan tentang negara-negara dan kebudayaan-kebudayaan. Sepanjang beberapa bulan terakhir aku pergi ke Negeri Belanda, Jerman, Kanada, Amerika Serikat dan Inggris, dan di negara-negara ini aku membuat hubungan yang intens dengan orang-orang serta cara mereka hidup, berdoa dan bermain.

Ada godaan besar untuk tahu kebudayaan mana yang terbaik dan di mana aku merasa paling berbahagia serta merasa berada di rumah sendiri. Namun cara pikir seperti ini membawaku kepada frustrasi yang berkepanjangan karena orang Belanda, Jerman, Perancis, Amerika dan Kanada, semuanya adalah orang-orang yang mempunyai cara unik untuk merasa, berpikir dan berperilaku, tak ada satupun yang cocok dengan kebutuhanku, tetapi semuanya memberikan karunia bagiku.

Aku kenal orang-orang yang mengeluh tentang orang Jerman ketika berkunjung ke Jerman dan tentang orang-orang Amerika sewaktu berada di Amerika, berpindah-pindah ke sana ke mari dengan keluarganya, selalu bertanya-tanya mana tempat yang terbaik untuk hidup tanpa akan merasa puas benar. Lalu, beberapa orang selalu merasa kecewa dengan seseorang atau sesuatu. Mereka mengeluh mengenai kekakuan Gereja Jerman dan tak teraturnya Gereja Amerika. Atau mereka mungkin mengeluh tentang sikap kristis Gereja Belanda, sikap mistik Gereja Perancis, sikap pragmatis Gereja Amerika, dan sikap formalistis Gereja Inggris, kendati tak pernah benar-benar beribadat secara mendalam di tempat manapun.

Aku makin menyadari betapa pentingnya untuk menikmati apa yang diberikan dan menghidupi sepenuhnya di tempat seseorang berada. Kalau saja aku dapat menghargai sepenuhnya kebutuhan kebebasan orang Belanda, visi spiritual orang Perancis, kekonkritan orang Amerika, konsep-konsep teologis orang Jerman, dan sikap keupacaraan orang Inggris, aku akan dapat belajar banyak mengenai hidup di mana saja dan betul-betul berada di mana aku berada, selalu bertumbuh makin mendalam di dalam semangat kebersyukuran.

Apakah kita betul-betul membutuhkan untuk menjadi bagian dari suatu negara atau kebudayaan? Dalam dunia kita, di mana jarak menjadi makin sempit setiap hari, sepertinya penting untuk semakin tidak tergantung pada satu tempat, satu bahasa, satu kebudayaan, satu gaya hidup, tetapi mengalami sendiri sebagai anggota keluarga manusia, milik Allah dan bebas untuk berada di mana kita dipanggil. Aku bahkan bertanya-tanya kalau-kalau kemampuan untuk berada di begitu banyak tempat demikian cepatnya dan begitu seringnya boleh jadi adalah suatu undangan untuk bertumbuh lebih mendalam di dalam Roh dan membiarkan identitas kita lebih berakar dalam Allah serta kurang berakar pada tempat kita berada.
dari The Road to Baybreak

0 comments:

Post a Comment