Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, December 4, 2013

RAMA TRI OPNAME


"Sapa iki?" (Siapa ini) kata Rama Tri di ruang Carolus 521 Rumah Sakit Panti Rapih, Rabu 4 Desember 2013 sekitar jam 07.30 malam, ketika seorang ibu masuk dan kemudian memegang telapak tangannya. Ibu itu menjawab "Saya, rama." Rama Tri kemudian menyebut sebuah nama yang disahut ibu itu "Bukaaaaan." Akhirnya beliau menebak nama dengan benar. Ternyata kini kekuatan komunikasi Rama Tri ada di pendengarannya. Ini yang dikatakan oleh Rama Yadi pada suatu hari di kamar makan "Jan-jane dheweke pun ra cetha nek ndelok. Ning kupinge tajem banget. Isa ngometari siaran-siaran televisi mung merga tajem le krungu" (Sebetulnya dia sudah tidak dapat melihat dengan jelas. Tetapi telinganya amat tajam untuk mendengarkan. Dia dapat memberikan komentar siaran-siaran TV hanya berdasarkan ketajaman pendengaran). Memang, dia kerap bertanya "Kuwi apa?" (Apakah itu?) terhadap lauk atau sayuran dalam piring dan mangkuk yang persis ada di hadapannya. Dia juga dapat minta diberikan remote control untuk memindah chanel TV yang sebenarnya ada di samping lengannya di bawah wajahnya. Peristiwa Rama Tri bertanya kepada ibu itu sungguh membuat Rama Bambang menjadi yakin bahwa beliau makin mengalami kemunduran penglihatan karena derita akibat penyakit gula darah.

Tetapi kalau kemarin tanggal 4 Desember itu Rama Tri masuk rumah sakit, hal itu bukan karena gula darahnya. Ketika Rama Bambang sedang berbaring istirahat siang sekitar jam 01.30, Pak Tukiran masuk dan berkata "Niki Rama Tri muntah-muntah. Ajeng kula dherekke teng Panti Rapih. Kula pun njaluk tulung Yanu nyopiri ndhak ngganggu istirahate rama" (Rama Tri muntah-muntah. Akan saya antar ke Panti Rapih. Saya sudah minta Yanu untuk menyopiri agar rama tak terganggu istirahatnya). Rama Bambang berpikir "Wah, isa opname. Kudu ana sing ndhampingi lan ngurus sarta tanggung jawab" (Wah, dia dapat opname. Harus ada yang mendampingi, mengurus dan bertanggung jawab). Rama Bambang langsung keluar kamar dan akan menyertai. "Mas Tukiran pundi?" (Mana Mas Tukiran?) tanyanya kepada Mbak Tari  yang menjawab "Pun mangkat, rama" (Mereka sudah berangkat, rama). Mbak Tari kemudian menceriterakan bahwa Rama Tri tadi muntah-muntah banyak dan badannya dingin sekali. Bahkan ketika kemudian diberi minuman hangat, beliau muntah-muntah lagi. Rama Bambang langsung masuk kamar dan menelpon petugas IGD untuk minta tolong dipanggilkan suster biara mendampingi dan mengurus segalanya. Rama Bambang juga menelpon Suster yang biasa mendampingi rama-rama Domus yang opname. Ketika Rama Bambang menengok Rama Tri malam itu dan menyinggung muntah-muntahnya, dia berkata "Mau neng IGD ya muntah-muntah meneh" (Tadi di IGD juga muntah-muntah lagi). "Rasane mual, pa?" (Apakah terasa mual?) tanya Rama Bambang yang dijawab "Ora, ning sirah ki rasane mubeng" (Tidak, tetapi kepala terasa berputar). Rama Bambang menyambung "Saiki piye?" (Sekarang bagaimana?) yang dijawab "Isih" (Masih). Rama Bambang kemudian menghubungkan kondisi Rama Tri dengan salah satu penyakitnya, yaitu hipertensi. Beliau dua kali mengalami stroke.

1 comments:

Unknown said...

room tri..enggal senggang njiih. salam dan doaku romo

Post a Comment