Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, December 6, 2013

KEADILAN YAHYA


Tadi malam, Jumat 6 Desember 2013, sesudah pertemuan para koordinator pemerhati masakan Domus Pacis, Bu Ninik berceritera tentang "cucu Rama Bambang". Katanya, Pak Naryo, suami Bu Ninik, berceritera bahwa "tadi malam" (Kamis 5 Desember 2013) Rama Bambang ikut misa di rumah Mas Sapta yang dipimpin oleh Rama Kepala Paroki Pringwulung, Rama Toto. Rama Bambang dengan anak kecil yang ketika ditanya "Menika sinten, rama?" (Ini siapa, rama), Rama Bambang menjawab "Putu kula" (Cucu saya). Katanya Pak Naryo mengatakan bahwa anak itu lucu banget. Pada malam misa itu anak itu memang selalu memberikan tangan kecilnya kepada siapapun untuk menyalami siapapun yang datang ke Rama Bambang untuk menyalami. Dia juga selalu ingin melihat gambar di layar monitor kamera digital yang dipegang oleh Mas Sapto sehabis beberapa kali mengambil gambar peristiwa yang terjadi. Anak itu juga biasa duduk-duduk di kursi kamar Rama Bambang. Pada suatu ketika Rama Bambang bilang "Bagya, adikku akan datang" yang disahut dengan pertanyaanya "Orangnya besar atau kecil?" "Gedhe kowe. Bagya kuwi cilik, cendik, lan mrongos" (Besar kamu. Bagya itu kecil, pendek, dan bibirnya monyong) jawab Rama Bambang yang diteruskan dengan pertanyaan "Kowe wani pa takdu?" (Apakah kamu berani takadu?). "Ah, engko takkaplok" (Ah, nanti taktempeleng). Dan ketika Bagya datang, Rama Bambang berkata "Gilo, sing jenenge Bagya. Bag, bocah ini arep ngajak antem-anteman ro kowe" (Inilah yang bernama Bagya. Bag, anak ini akan mengajak kamu berkelai pukul memukul". Anak itu berteriak "Ya ra waniiii. Jarene ciliiiiiik" (Ya tidak berani. Katanya keciiiil) katanya yang disusul tertawa dari Bagyo dan istrinya serta aku.

Hal-hal itu diceriterakan oleh Rama Bambang ketika makan pagi kepada Rama Yadi, Rama, Agoeng, dan Rama Harto pada Sabtu 7 Desember 2013. Rama Bambang berkisah tentang Yahya, nama anak itu, yang ketika misa yang dipimpin oleh Rama Toto mendapatkan dos nasi dan snak. Yahya adalah anak pasangan Heru-Tari, pekerja di Domus Pacis. Bagian dos Rama Bambang diberikan kepada Yahya. Rama Bambang sudah membuka dos-dos itu yang ternyata berisi beberapa snak yang menarik dan tampak enak. Dos nasi pun berisi menu makan yang istimewa. Ketika kemarin Jumat 6 Desember Rama Bambang bertanya "Mau bengi dos-dose kok pangan ro bapak ibumu?" (Apakah tadi malam engkau menyantap isi dos-dos dengan bapak ibumu?). "Sing takpangan ro bapak ibu siji. Sijine, sega ro panganane, taknehke Mas Santosa" (Yang saya makan dengan bapak ibu satu bagian. Bagian lain, nasi dan snak, saya berikan kepada Mas Santosa). Mas Santosa adalah pramurukti Domus Pacis. "Mas Santosa njaluk, pa?" (Apa Mas Santosa meminta?) tanya Rama Bambang yang langsung dijawab oleh Yahya "Ora" (Tidak). Rama Bambang heran. Biasanya anak kecil suka mendapatkan banyak, sehingga Rama Bambang bertanya "Kok koknehke?" (Mengapa kamu berikan?). Yahya memberikan jawaban yang Rama Agoeng dan Rama Yadi tampak kagum mendengar kisah Rama Bambang. Jawaban Yahya adalah "Kudu adil, ta? Mas Santosa ya kudu dinehi" (Kita harus adil, bukan? Mas Santosa juga harus diberi). Ternyata di kamar makan Sabtu pagi ini rama-rama yang makan bersama mendapatkan pelajaran dari Yahya bahwa adil adalah berbagi.

1 comments:

Unknown said...

yahyahhh...I miss youuu

Post a Comment