Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, December 21, 2013

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 6)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Tarian Kehidupan

Dalam dunia di sekeliling kita, pembedaan radikal dibuat antara sukacita dan kedukaan. Orang cenderung berkata: "Bilamana anda bergembira, anda tidak bisa merasa sedih, dan bilamana anda bersedih, anda tidak bisa bergembira". Sebetulnya, masyarakat kita dewasa ini berbuat apa saja yang mungkin untuk memisahkan kesedihan dan kegembiraan. Kedukaan dan kesakitan harus dipisahkan dengan segala cara karena keduanya berlawanan dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang kita inginkan.

Kematian, penyakit, keterpatahan manusia ... semuanya harus disembunyikan dari pandangan kita sebab semuanya menghalangi kebahagiaan yang kita upayakan. Semuanya merupakan hambatan di jalan yang kita tempuh untuk menggapai tujuan hidup.

Visi yang ditawarkan Yesus menunjukkan, dalam ajaran-Nya sekaligus  hidup-Nya, bahwa kesukacitaan sejati seringkali tersembunyi di tengah-tengah kedukaan kita, dan bahwa tarian kehidupan mendapatkan awalnya dalam kesedihan. Ia berkata: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tidak bisa menghasilkan buah ... Jikalau kita tidak kehilangan nyawa kita, kita tidak dapat menemukannya kembali; jikalau Anak Manusia tidak mati, Ia tidak dapat mengutus Roh Kudus." Kepada kedua murid-Nya yang merasa masygul sesudah penderitaan dan kematian-Nya, Yesus berkata: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam
kemuliaan-Nya?" Di sini suatu cara hidup yang sepenuhnya baru dinyatakan. Itulah jalan di dalam mana rasa sakit dapat dipeluk, tidak atas keinginan untuk menderita, tetapi dalam pengetahuan bahwa sesuatu yang baru akan terlahir dari rasa sakit. Yesus menyebut rasa sakit kita sebagai "sakit mau melahirkan". Ia berkata: "Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia" (Yohanes 16:21). Salib telah menjadi simbol terkuat tentang visi yang baru ini. Salib adalah simbol kematian dan kehidupan, simbol penderitaan dan kesukacitaan, simbol kekalahan dan kemenangan. Saliblah yang menunjukkan jalan kepada kita.
dari Here and Now

1 comments:

Unknown said...

Trims Romo, atas sajian 6 nya

Post a Comment