Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, December 17, 2013

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 2)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Doa dari Hati

Para Bapa Padang Gurun dalam ucapan-ucapan mereka menunjukkan kita ke arah pemahaman doa yang sangat holistik. Mereka menarik kita menjauhi praktik-praktik kita yang mengintelektualkan, di dalam mana Allah menjadi salah satu problim yang harus kita tangani. Mereka menunjukkan kepada kita bahwa doa yang sejati merasuk sumsum jiwa kita dan tidak membiarkan apapun tak tersentuh. Doa dari hati adalah doa yang tidak membiarkan kita membatasi relasi kita dengan Allah pada kata-kata yang menarik atau emosi-emosi yang takwa. Secara alaminya doa semacam itu mentransformasikan keberadaan kita sepenuhnya ke dalam Kristus, persis karena doa itu membuka mata batin kita kepada kebenaran diri kita, sekaligus kebenaran akan Allah. Di dalam diri kita, diri kita tampak sebagai pendosa-pendosa yang direngkuh belas kasih Allah. Visi inilah yang membuat kita berseru, "Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, kasihanilah aku yang berdosa ini." Doa dari hati menantang kita untuk tidak menyembunyikan apapun juga terhadap Allah dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada belas kasih-Nya.

Jadi doa dari hati adalah doa kebenaran. Doa itu membuka banyak topeng ilusi diri kita dan Allah, serta membawa kita kepada relasi sejati dari si pendosa kepada Allah yang penuh belas kasih. Kebenaran ini yang memberikan kita "ketenangan" seperti para pertapa hesychast (pertapa yang mempraktikkan kondisi yang paling hening di Yunani/Byzantium - kamus Wikipedia). Sampai sejauh bahwa kebenaran ini tertanam di dalam  hati kita, kita akan kurang terbelokkan oleh pikiran-pikiran keduniawian dan lebih terpusatkan saja kepada Tuhan dari hati kita, sekaligus juga Tuhan dari alam semesta ini. Jadi kata-kata Yesus, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Matius 5:8), akan terwujud nyata di dalam doa kita. Godaan-godaan dan pergumulan-pergumulan selalu akan ada sampai kita mati, namun dengan hati yang murni kita akan penuh ketenangan bahkan di tengah-tengah keberadaan yang menggelisahkan.
dari The Way of the Heart

0 comments:

Post a Comment