Santo
Bernadus, Abas dan Pujangga Gereja
Kamis,
20 Agustus 2015
Matius 22:1-14
22:2
"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya.
22:3
Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke
perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.
22:4
Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang
diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan
ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke
perjamuan kawin ini.
22:5
Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke
ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya,
22:6
dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.
22:7
Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan
pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
22:8
Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia,
tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.
22:9
Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap
orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.
22:10
Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang
dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga
penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
22:11
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang
yang tidak berpakaian pesta.
22:12
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak
mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
22:13
Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan
campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan
terdapat ratap dan kertak gigi.
22:14 Sebab banyak yang dipanggil,
tetapi sedikit yang dipilih."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, banyak agama menggambarkan sebagai Tuhan yang Mahakuasa. Tuhan adalah penentu mutlak dari berbagai nasib manusia kelak di alam baka.
- Tampaknya, dalam banyak agama Tuhan juga digambarkan sebagai pemberi aturan-aturan untuk masuk kegembiraan abadi. Orang sebagai umat harus taat melaksanakan perintah dan menyingkiri larangan-Nya.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa keabadian adalah suasana ceria tentram penuh kebebasan sehingga Tuhan bukanlah sosok kuasa memerintah tetapi pengundang ikut dalam kebahagiaan sejati yang sulit dipahami oleh kaum feodalis tetapi justru mudah diterima oleh rakyat dan kaum merakyat yang tak terkotak-kotak oleh status dan mudah berdialog. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan terbuka bergaul, berdialog, dan berbagi dengan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel.
Ah, yang ilahi itu suci maka tak
sembarang orang dapat mendekat.
0 comments:
Post a Comment