Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, August 29, 2015

Sabda Hidup


Minggu, 30 Agustus 2015
Hari Minggu Biasa XXII
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Ul. 4:1-2,6-8; Mzm. 15:2-3a,3cd-4ab,5; Yak. 1:17-18,21b-22,27; Mrk. 7:1-8,14-15,21-23. BcO 2Raj. 14:1-27

Markus 7:1-8,14-15,21-23:
1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. 2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; 4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. 5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" 6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. 8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." 14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. 15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." 21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, 22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Renungan:
Dalam hatinya manusia menyimpan kebaikan dan kejahatan. Dua hal itu saling berebut menguasai diri manusia. Tidak jarang mereka pun berebut untuk menampilkan diri dalam tindakan.
Kuasa jahat ini bisa menguasai siapapun. Bahkan orang baik pun bisa dikuasai kala kendali kebaikannya lepas. Bila itu terjadi maka kebaikan yang selama ini dijaga bisa hilang. Orang-orang pun menyangsikan kebaikannya selama ini. Ia menjadikan dirinya najis.
Memang banyak hal kotor di sekitar kita. Namun bukan itu yang membuat seseorang najis. Kejahatan yang muncul dalam dirinyalah yang najis. Maka marilah kita menjaga kebaikan, dan selalu memenangkannya dalam segala tindakan kita agar kita tidak menjadi pribadi yang najis.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Telitilah hatimu. Dorongan-dorongan jahat apa yang sering ingin muncul dalam hidupmu. Redakanlah itu dan atasilah dengan kebaikanmu.

Refleksi:
Bagaimana meredakan, mengatasi dorongan jahat yang sering bercokol dalam dirimu?

Doa:
Tuhan, kuatkanlah hatiku untuk bertahan dalam kebaikan. Bebaskanlah hatiku dari yang jahat. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga hatiku dari kuasa yang jahat. -nasp-

#bagi yang terjangkau TVRI Yogyakarta, saksikan Film "Yan" bagian pertama pada hari Minggu, tgl 30 Agustus 2015, jam 16.00-16.30#

0 comments:

Post a Comment