Santo
Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Jumat,
28 Agustus 2015
Matius 25:1-13
25:1. "Pada waktu itu hal
Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi
menyongsong mempelai laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan
lima bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu
membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang
bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu
lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam
terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itupun bangun
semuanya lalu membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh
berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari
minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis
yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih
baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka
sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah
siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu
ditutup.
25:11 Kemudian datang juga
gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13
Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan
saatnya."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, bodoh dan pintar banyak diukur dari hasil yang diperoleh. Di dalam sekolah atau perkuliahan yang bodoh mendapatkan nilai yang dapat membuatnya tertahan pada kelas atau tingkat tertentu.
- Tampaknya, bodoh dan pandai juga ditentukan oleh rangking dalam perbandingan hasil yang diperoleh. Di dalam sekolah dan perkuliahan yang pandai akan masuk di golongan raking atas.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sehebat apapun nilai dan setinggi apapun rangking seseorang, kalau hidupnya tidak menyelaraskan diri dengan irama derap kedalaman batin yang membuat orang selalu berantisipasi pada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan, sejatinya dia hidup dalam kebodohan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak hanya melandaskan diri pada pengalaman hingga kini tetapi juga akan terbuka pada harapan kemungkinan yang akan datang.
Ah, bagaimanapun yang nomer 1 itu pandai
dan nomer 30 goblog.
0 comments:
Post a Comment