Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, August 11, 2015

Lansia Hidup Seorang Diri. Adakah Pengaruhnya Terhadap Kesehatan?

diambil dari http://www.waspadamedan.com Written by Siswoyo on Monday, 19 July 2010







Para lanjut usia (lansia) yang hidup seorang diri akan lebih mudah mengalami penurunan derajat kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan penurunan derajat kesehatan tersebut sering sekali berlangsung cukup cepat.    


Adapun proses dimulainya seseorang lansia hidup sendiri sering berawal dari kematian pasangan hidupnya. Sejumlah penelitian terhadap kesedihan yang terjadi pada lansia sehubungan dengan kematian dari pasangan hidupnya menunjukkan bahwa didapati angka kematian yang segera meningkat baik pada pria maupun wanita, walaupun angka kematian pada pria lebih kecil dibandingkan dengan wanita. Dalam suatu penelitian di Finlandia memperlihatkan bahwa dalam satu minggu pertama setelah lansia  kematian pasangan hidupnya didapati peningkatan angka kematian dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak kematian pasangan hidupnya, yang terutama terjadi sebagai akibat dari penyakit jantung iskemik, yaitu penyakit jantung yang terjadi sebagai akibat kurangnya aliran darah pada pembuluh darah arteri koronaria yang mendarahi otot-otot jantung. Penelitian lainnya, seperti di Swedia menemukan bahwa didapati peningkatan angka kematian sebesar 48 % di antara para duda yang berusia di atas 65 tahun dan di antara para janda sebesar 22 % dalam waktu 3 bulan setelah kematian pasangan hidupnya dibandingkan dengan mereka yang tidak kematian pasangan hidupnya. Selain daripada itu, angka kematian akibat penyakit infeksi, kecelakaan dan bunuh diri di antara laki-laki yang menduda tetap lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya untuk jangka waktu sampai sepuluh tahun setelah kematian pasangan hidupnya. Salah satu hal yang ditakuti akibat lansia hidup seorang diri adalah timbulnya rasa kesepian. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang disebut di atas pada lansia maka berbagai upaya perlu dilakukan agar lansia walaupun hidup seorang diri tetapi tidak merasa kesepian. Contohnya, dengan menempatkan lansia pada berbagai kelompok masyarakat dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi kesedihan dan kesepian akibat kehilangan pasangan hidup.

GAMBARAN LANSIA  HIDUP SEORANG DIRI.           
      
Tujuh puluh tujuh persen lansia yang hidup seorang diri adalah kaum wanita. Sebahagian besar di antara mereka adalah janda yang sebahagian besar telah berusia di atas 75 tahun, yang mempunyai kesehatan yang rapuh dan lebih miskin daripada laki-laki lansia. Angka kemiskinan bagi mereka sebesar 19 %, hampir lima kali lipat dari angka kemiskinan lansia yang masih mempunyai pasangan hidup.
      
Pada semua usia dan tingkat pendapatan, mereka yang hidup seorang diri lebih sering berada di dalam panti perawatan, khususnya mereka yang menderita penyakit yang serius. Hampir seperempat dari mereka yang hidup seorang diri melaporkan bahwa tidak ada orang yang dapat mereka andalkan untuk membantu mereka selama beberapa lama, dan 13 % menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak dapat memperoleh bantuan dari orang lain bahkan hanya untuk beberapa hari sajapun tidak dapat memperoleh bantuan dari orang lain. Tanpa dukungan dari masyarakat, kelompok lansia seperti ini lebih sering menghadapi risiko untuk dirawat secara terus menerus di dalam panti-panti jompo dan  kehilangan cara hidup yang mandiri jika kesehatannya menurun.                
      
Lansia yang hidup seorang diri lebih cenderung untuk menghadapi berbagai masalah kesehatan yang serius dan menahun dibandingkan lansia yang hidup bersama dengan orang lain, dan 43 % menganggap kesehatannya kurang begitu baik atau parah. Diantara lansia yang hidup seorang diri, 53 % merupakan penderita tekanan darah tinggi (hipertensi), 42 % mengalami gangguan penglihatan dan 63 % menderita penyakit sendi. Walaupun penyakit yang dialami oleh lansia yang hidup seorang diri cenderung lebih parah dan keadaannya lebih menahun, tetapi mereka pada umumnya lebih jarang untuk memeriksakan diri ke dokter karena pendapatan mereka yang umumnya lebih rendah dari golongan lansia lainnya. Kunjungan ke dokter yang lebih jarang dilakukan tampaknya mempunyai hubungan dengan asuransi kesehatan, yaitu apakah mereka menjadi peserta asuransi kesehatan atau tidak. Demikian juga para lansia yang hidup seorang diri yang tidak menjadi peserta asuransi kesehatan lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan mereka yang menjadi peserta asuransi kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa para lansia yang hidup seorang diri pada umumnya menghadapi masalah keuangan/biaya di dalam perawatan kesehatannya.
      
Hidup seorang diri bagi lansia merupakan suatu masalah yang serius pada 60 % lansia yang berusia 75 tahun ke atas, karena depresi (tekanan jiwa) merupakan keadaan yang sering terjadi. Lebih dari sepertiga diantara lansia yang hidup seorang diri serta tergolong miskin mengakui memiliki keadaan depresi. Sebaliknya, sering pula dialami oleh lansia bahwa depresi tersebut mempunyai gejala-gejala yang tidak jelas maupun terselubung, sehingga keadaan depresi tersebut harus benar-benar dicari oleh dokter yang merawatnya.  
      
Walaupun para lansia yang hidup seorang diri umumnya menghadapi hidup yang sulit tetapi hampir 90 % dari mereka mengemukakan keinginannya untuk mempertahankan cara hidup yang mandiri. Di Amerika Serikat, banyak dari mereka menghadapi rasa takut yang paling besar akan ketergantungan yang terlalu banyak pada orang lain (ketidakmandirian) dan sekalipun mereka mengalami kesepian, mereka tetap ingin melanjutkan hidup seorang diri.

PERLU DIPERHATIKAN :     
     
Sering dikatakan bahwa kesepian merupakan momok (hal yang sangat ditakutkan) bagi para lansia. Tidak dapat dihindari pada waktu lansia kematian pasangan hidupnya dan teman-teman sebaya lainnya, dan apalagi jika hal ini juga disertai dengan bertambahnya kelemahan, dengan mobilitas (pergerakan) yang terbatas dan berkurangnya kemampuan pancaindra (terutama pendengaran), maka rasa kesepian akan lebih sering didapati dibandingkan dengan keadaan sebelum meninggalnya pasangan hidup atau teman-teman dekat.
      
Suatu hal yang cukup penting untuk tidak mengacaukan istilah kesepian (loneliness) dengan hidup seorang diri (being alone). Banyak lansia yang hidup sendiri merasa bahagia dan tidak kesepian, sedangkan para lansia lainnya dapat merasa kesepian meskipun tinggal di suatu tempat yang ramai dengan keluarganya.
       
Oleh karena kesepian merupakan masalah yang nyata diantara para lansia maka pembentukan kelompok-kelompok lansia sangat diharapkan peranannya untuk membuat para lansia masih dapat merasakan dirinya berguna bagi lingkungannya sehingga hal ini merupakan rangsangan yang positip untuk meningkatkan kegairan hidup sekaligus mengatasi kesepian yang dialami lansia.       
       
Selain daripada itu, sebelum seseorang memasuki masa lansia (pralansia) sebaiknya telah menyiapkan kegemaran/hobi yang dapat ditekuni sebagai pengisi waktu dimasa lansia nantinya. Perlu dimengerti bahwa selain hobi tadi dapat memberikan penghasilan tambahan bagi lansia tersebut sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya juga akan lebih mudah bagi lansia untuk mendapat teman yang sama kegemarannya, yang dapat diajak untuk bertukar pikiran dan saling mengunjungi sehingga rasa kesepian yang dialaminya akan hilang. Biasanya diskusi di antara orang-orang yang mempunyai kegemaran yang sama akan lebih mengasyikkan, sehingga menggairahkan semangat lansia sebagai pengisi waktu yang menyenangkan. Akan tetapi perlu diingat, kegiatan apapun pada lansia hendaknya jangan terlalu dipaksakan, mengingat kondisi fisik dan mentalnya yang telah mulai menurun akibat bertambahnya umur.
      
Sikap optimis dan ceria dari para lansia perlu dipupuk terus khususnya di dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang merisaukan, baik akibat kehilangan pasangan hidup, kerabat dekat dan lain-lain. Para lansia hendaknya optimis bahwa segala masalah yang dialaminya akan dapat terselesaikan dengan baik dan hindarilah hal-hal yang dapat menjadikan beban stres karena berpikir yang terlalu njelimet. Anggapan yang menyatakan bahwa lansia hanya merupakan manusia yang dicekam oleh kesepian, kebosanan hidup serta tinggal menunggu ajal datang, haruslah kita tinggalkan jauh-jauh, tetapi haruslah selalu mengisi sisa hidup lansia dengan kegiatan yang bermakna dan menyenangkan, serta jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan tubuh dengan makanan yang bergizi dan seimbang, olahraga yang teratur dan sesuai kemampuan tubuh serta berupaya untuk hidup mandiri dan produktip (dr.Pirma Siburian Sp PD, K Ger, spesialis penyakit dalam dan penyakit lansia, dokter pada klinik lansia Klinik Spesialis Bunda  dan RS Permata Bunda Medan). 

0 comments:

Post a Comment