dr. Martin Leman, DTM&H*
Pneumonia, atau dalam bahasa awam kerap disebut radang paru-paru,
merupakan jenis penyakit yang kerap menyebabkan problem serius. Penyakit
yang disebabkan infeksi kuman ini, menyerang paru-paru penderitanya,
dan menyebabkan berbagai gangguan organ pernapasan tersebut. Kuman yang
ada dalam paru-paru ini bahkan dapat pula kemudian menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah, dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh
yang sangat berbahaya.
Sesungguhnya semua kelompok umur dapat terkena penyakit ini. Namun
memang kelompok balita dapat dibilang menjadi kelompok yang paling
rentan. Perlu diketahui pneumonia adalah salah satu penyebab utama
kematian pada bayi dan balita, mengingat kelompok ini daya tahannya
relatif lemah. Kaum lanjut usia (lansia) pun tidak luput dari ancaman
serius penyakit ini. Justru ternyata lebih merepotkan dibanding bila
yang terkena adalah kelompok usia dewasa muda. Pasalnya, pada kelompok
usia ini, pneumonia kerap memberikan gejala yang sangat bervariasi, yang
menyebabkan diagnosa kerap kali tidak mudah ditegakkan.
Adanya penyakit radang paru-paru umumnya akan memberikan gejala yang
tipikal, seperti demam, tubuh menggigil, nyeri dada saat bernapas,
batuk-batuk, dan sesak napas. Namun, pada lansia, tidak jarang gejala
tersebut tidak muncul sama sekali, dan penderita hanya merasa lemas dan
cepat letih. Hilangnya berbagai gejala tersebut, tak lain karena daya
tahan dan kemampuan melawan serangan kuman pada lansia sudah jauh
menurun dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Respons
perlawanan tubuh terhadap serangan kuman, yaitu misalnya demam dan batuk
sudah tidak berjalan secara optimal. Selain itu, lemahnya daya tahan
tubuh juga menyebabkan kuman penyebab peradangan bisa bermacam-macam.
Yang lebih repot lagi, ternyata pemeriksaan laboratorium darah juga
kerap mengecoh dokter yang memeriksanya bila kurang waspada. Umumnya
radang paru akan menyebabkan perubahan nilai laboratorium yang nyata,
misalnya kenaikan sel darah putih yang jelas. Tapi pada lansia,
parameter ini kerap kali juga tidak nyata. Bahkan tidaklah jarang justru
memberikan kesan normal, atau hanya sedikit tidak normal.
Dalam perburukan penyakitnya, penderita lanjut usia juga berbeda dengan
kelompok usia lain. Perburukan penyakit dapat terjadi begitu cepat.
Berbagai gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit mudah sekali
terjadi. Gangguan pasokan udara juga terjadi secara cepat sehingga
pasien mengalami kekurangan oksigen dan kegagalan bernapas. Selain
karena daya tahan sudah menurun ini, ternyata hal ini biasanya
diperparah penyakit lain yang juga menjadi "langganan" para lanjut usia,
seperti misalnya penyakit jantung dan penyakit paru-paru kronik
lainnya.
Tidaklah heran bila Sir William Osler, seorang tokoh di bidang
kedokteran di abad 19, menjuluki radang paru sebagai "special enemy of
the old age". Selain karena gejalanya yang kerap samar dan menyebabkan
kesulitan mendiagnosa, penyakit ini juga membutuhkan penanganan yang
cepat dan tepat. Keterlambatan dapat berakibat problem menjadi jauh
lebih serius. Bahkan, dalam penelitian kedokteran baru-baru ini,
disimpulkan bahwa keterlambatan 8 jam saja dalam memberikan antibiotika
yang tepat pada pasien pneumonia yang berusia lanjut, berdampak sangat
serius.
Jadi apa yang bisa kita lakukan ? Mudah saja.. waspadalah bila ada
keluhan dini yang disampaikan oleh mereka yang sudah lansia. Walaupun
kesannya gejala ringan dan sepele, janganlah diabaikan. Bila ragu,
janganlah menunda untuk memeriksakannya ke dokter. Selain itu,
pencegahan pun perlu dilakukan, misalnya dengan menjaga kebersihan,
tidak terlalu berdekatan dengan orang yang sedang sakit infeksi saluran
pernapasan, dan berikanlah vaksinasi untuk infeksi paru-paru.
* Penulis adalah dokter di RS Paru Dr. M.Goenawan Partowidigdo, Cisarua.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment