Rabu, 26 Agustus 2015
Yakobus Retouret, Zefyrinus
Namuncura
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Tes. 2:9-13; Mzm.
139:7-8,9-10,11-12ab; Mat. 23:27-32. BcO Ef. 5:21-33
Matius
23:27-32:
27 Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang
bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan
pelbagai jenis kotoran. 28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu
tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan
dan kedurjanaan. 29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan
memperindah tugu orang-orang saleh 30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman
nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan
nabi-nabi itu. 31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu
sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 32 Jadi, penuhilah
juga takaran nenek moyangmu!
Renungan:
Dalam beberapa kesempatan
tampak sebuah kota dibangun, didandani dan dipercantik ketika akan terjadi
pemilihan pemimpin. Kegiatan itu makin tampak di lumbung suara sang calon.
Semua calon tampil atraktif di lumbung-lumbungnya. Ketika terpilih daya gerak
mereka makin menyusut. Mendekati hari pemilihan berikutnya daya itu bangkit
lagi.
Kesan yang muncul, semoga
tidak keliru, para calon melakukan seperti itu demi mengumpulkan suara. Ia
berharap orang terpikat dengan aneka tindakan promonya. Dan tampaknya tindakan
seperti itu sering menuai hasil. Bahkan tidak jarang uang 50 ribu pun bisa
mengubah pilihan seseorang.
Sebentar lagi akan ada
pilkada serentak. Kita perlu sungguh mempelajari para calon supaya kita tidak
tertipu oleh tampilan sesaat atau recehan uang mereka demi mendulang suara. Semoga
kita tidak keliru memilih orang yang suka mempercantik "makam" yang
sebenarnya berisi tulang belulang yang tak berguna. Yang suka mengapur kubur
orang yang dibunuh nenek moyangnya.
Kontemplasi:
Lihatlah gambar calon
pemimpinmu. Telusuri rekam jejak mereka.
Refleksi:
Apa yang akan kaulakukan
agar tidak keliru memilih pemimpin?
Doa:
Tuhan semoga aku tak
terbuai oleh permainan para calon pemimpin. Semoga aku sungguh-sungguh bisa
memilih orang yang mempunyai hati dan daya untuk melayani dan mensejahterakan
masyarakat. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengenali para
calon pemimpinku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment