Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, August 18, 2015

Sabda Hidup



Rabu, 19 Agustus 2015
St. Yohanes Eudes, St. Ezekhiel Moreno, St. Guerikus
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Hak. 9:6-15; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mat. 20:1-16a. BcO Ef. 2:11-22

Matius 20:1-16a:
1 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. 2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. 4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. 5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? 7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. 8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. 10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. 11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. 13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? 16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Renungan:
Saya tertarik dengan tindakan pemilik kebun mencari pekerja. Ia berkeliling mencari orang yang mau menjadi pekerja di kebunnya. Ia pun menemukan orang-orang yang masih menganggur dan diajak bekerja di kebunnya.
Mencari pekerja memang menjadi dinamika tersendiri. Walau banyak orang yang membutuhkan pekerjaan namun sering pula pemilik pekerjaan sulit menemukan pekerja. Bisa jadi karena alasan transportasi, atau gaji, atau ketrampilan dan kemampuan. Namun pemilik kebun tadi tidak memperhitungkan semua itu. Ia menemukan para penganggur yang mau bekerja di kebunnya.
Kemurahan hati pemilik kebun ditanggapi. Namun ternyata juga, kemurahan hati sering ditanggapi secara berbeda kala menyangkut hasil. Ada rasa tidak puas dari pekerja yang direkrut kala menerima gaji.
Memang ternyata tidak mudah juga ya bermurah hati itu. Mungkin kita pun sering tidak puas dengan kemurahan hati yang kita terima. Maka mari kita menelisik dengan seksama kemurahan hati yang kita terima.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Ingatlah kemurahan hati yang telah kauterima.

Refleksi:
Bagaimana anda mensykuri kemurahan hati yang kauterima?

Doa:
Tuhan semoga aku mampu mensyukuri semua anugerah yang telah Kauberikan kepadaku. Amin.

Perutusan:
Aku bersyukur atas anugerah kemurahan hati Allah. -nasp-

0 comments:

Post a Comment