Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, February 26, 2016

Homili Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm dalam Minggu Praskah III/C

Catatan: Homili ini memang untuk 07 Maret 2010. Tetapi karena bacaan cocok dengan 28Februari 2016, maka dapat dimanfaatkan untuk persiapan Minggu Prapaskah III/C Th. 2016.

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU PRAPASKAH III/C/10
07 Maret 2010
Kel 3:1-8a, 13-15   1Kor 10:1-6, 10-12   Luk 13:1-9

PENGANTAR

          Segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menjelang perayaan kebangkitan Yesus yaitu Paskah, hidup kita sebagai orang Kristen diarahkan kepada pertobatan sejati. Untuk itu kita diajak mengadakan masa puasa dan pantang. Dalam Injil hari ini Yesus berkata:“Jikalau kamu semua tidak bertobat, kamu  pun akan binasa”.

HOMILI

          Pada suatu hari Yesus mendengar berita, bahwa di Galilea sejumlah orang beribadat dengan mengadakan korban. Rupanya terjadilah kekacauan, sehingga otoritas Romawi mengadakan tindakan keras dan membunuh sejumlah orang. Darah mereka dicampurkan dengan darah binatang-binatang korban. Orang mengira, orang-orang itu dibunuh, karena dosa-dosa mereka lebih besar dari pada orang-orang Galilea lainnya. Yesus menegaskan: Tidak! Bukan demikian! Banyak orang berpendirian, bahwa keadaan hidup yang buruk, termasuk bencana alamiah, disebabkan oleh dosa-dosa manusia (buku Ayub). Tetapi Yesus menegaskan bahwa semua orang adalah pendosa. Karena itu dibutuhkan pertobatan! Demikian pula isi berita tentang bencana lain di Yerusalem, di mana 18 orang mati karena ditimpa menara dekat Siloam yang jatuh roboh. Tidak ada hubungan langsung di antara peristiwa di Galilea dan di Yerusalem tersebut. Namun ada kesamaan ajaran dan pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus, yakni tentang pertobatan. Penderitaan dan bencana, bahkan kematian yang dialami orang, bukanlah bukti bahwa mereka itu pendosa dan dosanya lebih besar dari lainnya!

          Memang ada pendosa-pendosa yang dihukum Tuhan di dunia ini. Tetapi adanya hukuman itu bukanlah bukti, bahwa dosa orang yang dihukum di dunia itu lebih besar atau berat dosanya! Yesus mau mengingatkan kita, bahwa hukuman yang sebenarnya ialah hukuman kekal sesudah kematian! Ukuran yang dipakai ialah sejauh mana setiap orang sungguh hidup dengan semangat bertobat.

          Yesus menggunakan perumpamaan tentang pohon ara. Setiap orang diseluruh dunia adalah pohon ara yang dimasudkan oleh Yesus. Semua orang adalah pendosa. Tetapi sekaligus Yesus menekankan, bahwa kerahiman atau belaskasihan Allah untuk mengampuni adalah tak terbatas! Meskipun demikian, manusia harus mempersiapkan diri untuk menerima kerahiman Allah. Waktu untuk persiapan itu, yakni waktu untuk hidup manusia sangat terbatas dan tidak sama. Tetapi kerahiman Allah adalah lebih besar dari pada besarnya dosa manusia! 

          Tuhan tidak akan mengampuni dosa apapun, betapapun besar atau kecilnya, apabila tidak ada pertobatan. Yesus Kristus adalah pengantara Allah dan manusia. Tetapi Ia tidak akan menolong siapapun, apabila tidak ada pertobatan. Dengan kata lain, orang tidak akan diselamatkan, apabila ia tidak mau diselamatkan!

          Dalam perumpamaan tentang pohon ara dalam Injil hari ini pohon-pohon ara itu adalah orang-orang Yahudi, tetapi juga kita semua! Yang menanam adalah Tuhan Allah.  Dimaksudkan dan diharapkan agar pohon-pohon itu tumbuh, berkembang dan berbuah. Bila tidak berbuah, akan ditebang. Si pengurus kebun dalam perumpaan itu adalah Yesus. Yesus yang mau menyelamatkan pohon-pohon ara itu, yakni kita sekalian. Ia minta kepada Tuhan, agar diberi waktu secukupnya kepada kita untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik. Kita diberi kesempatan yang cukup  dalam hidup kita untuk berganti sikap, untuk sungguh serius terhadap nasib kekal kita kelak di kemudian hari. Apabila tidak berhasil, hal itu bukan disebabkan oleh ketidakadilan Allah, melainkan karena kesalahan kita sendiri. Maka pohon-pohon tak berbuah itu akan ditebang.

          Tuhan memberi waktu dan kesempatan kepada kita untuk berganti secara mendasar untuk sungguh mau hidup sebagai orang Kristen sejati. Kita diundang untuk sungguh-sungguh menyadari makna hidup kita sebagai orang kristiani yang sudah dibaptis. Dan dalam segala kelemahan kita, kita selalu diingatkan akan belaskasihan Allah yang tiada batasnya. Hidup beragama sejati, atau hidup rohani yang otentik bukanlah hidup semu atau hidup palsu. Hidup rohani sejati bukan sekadar melakukan ibadat atau ritualisme melulu!

Jakarta, 7 Maret 2010

0 comments:

Post a Comment