Sabtu, 13 Februari
2016
Hari Sabtu
sesudah Rabu Abu
warna liturgi
Ungu
Bacaan
Yes. 58:9b-14;
Mzm. 86:1-2,3-4,5-6; Luk. 5:27-32. BcO
Kel. 3:1-20
Lukas
5:27-32:

Renungan:
Saya kagum dengan
sikap Lewi. Ketika Tuhan Yesus memanggil dia, "Ikutlah Aku" (Luk
5:27), ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus. Bahkan tidak
berhenti di situ. Ia menjamu Yesus dan mengundang banyak orang untuk makan
bersama. Peristiwa itu menjadi pertanyaan banyak orang, kenapa Yesus makan
dengan orang-orang berdosa.
Saya membayangkan
Lewi adalah orang yang cukup berada. Dari pekerjaannya rasanya ekonominya
berkecukupan. Namun bagi orang pada umumnya dia dicap sebagai pendosa, karena
ia adalah pemungut cukai. Maka orang-orang pun bersungut-sungut kenapa Yesus
mau makan bersama dengan orang berdosa.
Kadang dalam arti
tertentu kita pun gampang bernada minir kalau ada pemimpin yang makan bareng
dengan orang berada. Akan muncul banyak pertanyaan di mana option for the
poor-nya. Memang kalau hanya mau bersama dengan orang berada dan tidak mau
dengan yang miskin, layaklah kita bertanya-tanya seperti itu. Namun rasanya
tidak adil kalau selalu mempertanyakan bila orang tersebut juga punya hati
kepada yang miskin. Mereka yang kaya dan mereka yang miskin adalah umat Tuhan
yang sama-sama mempunyai hak untuk mendapatkan sapaan dan kasih Tuhan. Tuhan
pun mau mengundang Lewi. Ia juga mau bersama Bartimeus dan Lazarus.
Kontemplasi:
Bayangkan
kehadiran Yesus di rumah Lewi si orang berada. Hadirkan pula Yesus bersama Bartimeus
si buta yang memohon pertolonganNya.
Refleksi:
Bagaimana
bersikap adil kepada semua umat Tuhan?
Doa:
Tuhan semua umat
manusia adalah mahkluk yang Kaucintai. Semoga aku bisa hadir dalam semua
lapisan umat yang Kaucintai. Amin.
Perutusan:
Aku akan hadir
pada semua pribadi ciptaan Tuhan. -nasp-
http://www.kas.or.id/index.php/2016/02/11/menjadi-manusia-yang-bahagia/
0 comments:
Post a Comment