Selasa, 9 Februari 2016
Markus 7:1-13
7:1.
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari
Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2
Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu
dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau
tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat
istiadat nenek moyang mereka;
7:4
dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu
membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya
hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5
Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa
murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi
makan dengan tangan najis?”
7:6
Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang
munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal
hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia.
7:8
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
7:9
Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah
Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10
Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! Dan: Siapa yang
mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang
ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk
korban—yaitu persembahan kepada Allah--,
7:12
maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau
ibunya.
7:13
Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat
yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”
Butir-butir
Permenungan
- Tampaknya, setiap agama selalu memiliki tradisi keluhuran hidup. Disebut tradisi karena disampaikan turun temurun dari generasi ke generasi.
- Tampaknya, tradisi keagamaan banyak dimengerti sebagai bentuk-bentuk tindakan untuk mengungkapkan kedalaman rohani. Bentuk-bentuk itu dijaga pelaksanaannya dengan disiplin tatacara dan waktunya.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata seindah apapun bentuknya dan setepat apapun pelaksanaan tradisi, bagi orang yang biasa bergaul dengan kedalaman batin itu dapat jadi kesia-siaan karena kesejatian tradisi keagamaaan terutama adalah nilai-nilai ketundukan rohani yang menghadirkan kebaikan umum dan bentuk tindakannya sesuai dengan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengutamakan hati mulia sebagai warisan hidup agama yang dianutnya.
Ah, beragama
itu yang kesediaan tunduk melaksanakan bentuk-bentuk yang diwariskan dari masa
lampau.
0 comments:
Post a Comment