
1. Jadi Tua/Lansia Pun Harus Belajar
Sebagai pembuka Rm. Bambang menyatakan bahwa banyak kaum tua yang punya pikiran, perasaan dan keinginan yang irasional atau tidak rasional karena tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan merujuk pada pendampingan yang dilakukan bersama Prof. Dr. A Supratiknya di Rawaseneng terhadap para alumni tahun 1970 IKIP Sanata Dharma pada 28 November 2015, Rm. Bambang menceriterakan bahwa yang irasional juga melanda banyak kaum cendekiawan dan hartawan: "Setiap satu "pikiran irasional" ditayangkan di LCD, reaksi yang muncul pada umumnya menyatakan "Lha memang begitu kok". Dari sini kemudian ada yang menceriterakan pengalamannya. Ceritera ternyata disambut dengan nada mirip. Sekalipun ada dalam suasana tertawa penuh humor, tetapi dalam setiap ceritera yang berisi sharing selalu terungkap keadaan rasa tidak enak. Segala yang dipikirkan, sebagaimana dirumuskan oleh Pak Pratik sebagai pikiran irasional, tidak cocok dengan kenyataan. Dari sini Rm. Bambang merumuskan bahwa tantangan utama kaum tua/lansia pada umumnya adalah kehidupan riil yang secara nyata dihadapi dalam keseharian." Banyak kaum tua/lansia "hanya memahami" hal-hal yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu kenyataan masa kini sebagai kaum tua/lansia menjadi "hal baru" yang harus dipelajari.
2. Sadar Yang Tak Enak

a. Menyangkut raga
- Harus berhenti dari berbagai aktivitas
- Pendengaran berkurang
- Penglihatan berkurang
- Penghasilan berkurang
- Tidak enak dan sulit tidur
- Cepat kecapekan
- Mudah sakit
- Kerap kencing
- Sakit terbatuk-batuk
- Tremor
- Stres bahkan sampai stroke
- Badan mudah terasa tidak enak
- Mudah pusing
- Dalam hal makan mudah bosan.
- Mudah jengkel
- Kerap kena teguran dari yang muda dan atau anak
- Mudah konflik
- Mudah marah
- Sakit hati kalau disepelekan
- Merasa dilecehkan
- Mudah terkejut
- Kurang sabar
- Merepoti cucu
- Tak dapat membantu cucu
- Mudah putus asa
- Kehendak besar daya kurang.
- Tak memahami hal-hal masa kini
- Beda pandangan/dunia dengan yang muda
- Bingung bagaimana harus menjadi orang tua
- Mudah lupa
- Kurang teliti.
d. Menyakut jiwa
- Masih ingin mengabdi Tuhan dalam agama tetapi sudah tersisih
- Merasa banyak dosa.
3. Belajar Jadi Ahli Tak Ikut Kehendak Diri
Sebagai terang iman Injil Yoh 21:15-18:
21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

Bagi kaum tua secara praktis harus mengembangkan kerelaan untuk dituntun oleh yang muda. Dari sini kaum tua dapat belajar hidup di tengah situasi kongkret dan perkembangan budaya. Kaum tua yang mampu menghargai tuntunan yang muda, walau hanya mampu mengaplikasi secara terbatas dan tak sempurna, akan sulit menjadi pikun. Hal ini disebabkan oleh kepribadian yang diwarnai oleh dinamika untuk selalu sambung dengan realita.
0 comments:
Post a Comment