Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, February 3, 2016

TUA/LANSIA BELAJAR TUA/LANSIA


Pada Januari 2016 Rm. Bambang mendapatkan undangan dua kali untuk menjadi pembicara dalam Rekoleksi Lanjut Usia. Yang pertama pada Kamis 7 Januari di rumah Pak Martono dusun Daratan, Paroki Klepu, yang hanya diikuti oleh umat lansia dua Lingkungan. Jumlah peserta ada 150an sama dengan yang kedua pada Minggu 24 Januari yang diadakan Ibu-ibu Paroki Sumber di Kapel Ngargomulyo. Rekoleksi di Daratan diadakan atas inisiatif Trah (keluarga besar) yang dimotori oleh Pak Martono. Sementara itu Rekoleksi di Ngargomulyo menjadi pelaksanaan program Dewan Paroki. Karena tema rekoleksi diserahkan kepada pembicara, maka Rm. Bambang menganggap upaya mencegah atau memperlambat datangnya kepikunan sebagai hal dasar yang harus ada di kalangan kaum tua/lansia.

1. Jadi Tua/Lansia Pun Harus Belajar

Sebagai pembuka Rm. Bambang menyatakan bahwa banyak kaum tua yang punya pikiran, perasaan dan keinginan yang irasional atau tidak rasional karena tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan merujuk pada pendampingan yang dilakukan bersama Prof. Dr. A Supratiknya di Rawaseneng terhadap para alumni tahun 1970 IKIP Sanata Dharma pada 28 November 2015, Rm. Bambang menceriterakan bahwa yang irasional juga melanda banyak kaum cendekiawan dan hartawan: "Setiap satu "pikiran irasional" ditayangkan di LCD, reaksi yang muncul pada umumnya menyatakan "Lha memang begitu kok". Dari sini kemudian ada yang menceriterakan pengalamannya. Ceritera ternyata disambut dengan nada mirip. Sekalipun ada dalam suasana tertawa penuh humor, tetapi dalam setiap ceritera yang berisi sharing selalu terungkap keadaan rasa tidak enak. Segala yang dipikirkan, sebagaimana dirumuskan oleh Pak Pratik sebagai pikiran irasional, tidak cocok dengan kenyataan. Dari sini Rm. Bambang merumuskan bahwa tantangan utama kaum tua/lansia pada umumnya adalah kehidupan riil yang secara nyata dihadapi dalam keseharian." Banyak kaum tua/lansia "hanya memahami" hal-hal yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu kenyataan masa kini sebagai kaum tua/lansia menjadi "hal baru" yang harus dipelajari.

2. Sadar Yang Tak Enak

Dengan landasan sabda Tuhan ""Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk 9:23), Rm. Bambang melontarkan pertanyaan "Sesudah menjadi tua, apa yang kini kurasakan menjadi berat atau tak enak?" Dari sini para peserta diharapkan menyadari salib nyata sehari-hari yang harus dipikul untuk sungguh menjadi murid-murid Tuhan Yesus Kristus. Kesadaran ini amat penting karena beriman berarti semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Dari omong-omong dalam kelompok-kelompok kecil dengan teman-teman duduk berdekatan yang kemudian dilontarkan oleh beberapa orang dalam pembicaraan pleno terungkap banyak pengalaman. Untuk mengkategorisasikan butir-butir pengalaman, Rm. Bambang menggunakan empat dimensi manusia dalam hubungan dengan Tuhan dengan mengacu Serat Wedatama karya KGPAA Mangkunegara IV.

a. Menyangkut raga
  • Harus berhenti dari berbagai aktivitas
  • Pendengaran berkurang
  • Penglihatan berkurang
  • Penghasilan berkurang
  • Tidak enak dan sulit tidur
  • Cepat kecapekan
  • Mudah sakit
  • Kerap kencing
  • Sakit terbatuk-batuk
  • Tremor
  • Stres bahkan sampai stroke
  • Badan mudah terasa tidak enak
  • Mudah pusing
  • Dalam hal makan mudah bosan.
b. Menyangkut rasa
  • Mudah jengkel
  • Kerap kena teguran dari yang muda dan atau anak
  • Mudah konflik
  • Mudah marah
  • Sakit hati kalau disepelekan
  • Merasa dilecehkan
  • Mudah terkejut
  • Kurang sabar
  • Merepoti cucu
  • Tak dapat membantu cucu
  • Mudah putus asa
  • Kehendak besar daya kurang.
c. Menyangkut cipta


  • Tak memahami hal-hal masa kini
  • Beda pandangan/dunia dengan yang muda
  • Bingung bagaimana harus menjadi orang tua
  • Mudah lupa
  • Kurang teliti.

d. Menyakut jiwa
  • Masih ingin mengabdi Tuhan dalam agama tetapi sudah tersisih
  • Merasa banyak dosa.
Dari butir-butir yang mucul, yang paling banyak menjadi permasalahan adalah kondisi fisik dan kemudian disusul pada kondisi emosional, kondisi intelektual dan terakhir menyangkut kejiwaan. Di sini para peserta disadarkan pada REALITA KETUAAN. Inilah realita kaum tua/lansia yang justru menjadi jalan untuk mengikuti Tuhan Yesus Kristus.


3. Belajar Jadi Ahli Tak Ikut Kehendak Diri

Sebagai terang iman Injil Yoh 21:15-18:
21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."


Secara praktis bagi orang Kristiani beriman berarti mencintai Kristus. Mencintai Kritus terjadi lewat tekun mengurus tanggungjawab harian. Yang disebut tanggungjawab adalah kenyataan yang dihadapi. Dalam hal ini di hadapan Tuhan ada dua pola sebagaimana tertulis dalam ayat 18, yaitu pola muda dan pola tua. Bagi kaum muda orang dapat memiliki inisiatif sendiri dan harus bereksplorasi sehingga memiliki macam-macam kesempatan. Hal ini didukung oleh keadaan fisik yang masih kuat dengan dukungan otak yang segar. Sementara itu kaum tua sudah ada dalam kondisi yang makin tak mampu mengikuti keinginan diri bahkan makin lama makin berkurang kemampuannya untuk mengurus diri sendiri. Kaum tua makin banyak tergantung dan ditentukan oleh orang lain. Tetapi inilah kesempatan rohani bagi kaum tua untuk makin ahli tidak mengikuti kehendak diri sendiri. Ini adalah jalan rohani, lewat berbagai maksud baik pihak lain, untuk makin memperdalam hidup sesuai kehendak Allah. Kaum tua mendapatkan kesempatan menjadi teladan hidup beriman sebagaimana sikap Bunda Maria "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38).

Bagi kaum tua secara praktis harus mengembangkan kerelaan untuk dituntun oleh yang muda. Dari sini kaum tua dapat belajar hidup di tengah situasi kongkret dan perkembangan budaya. Kaum tua yang mampu menghargai tuntunan yang muda, walau hanya mampu mengaplikasi secara terbatas dan tak sempurna, akan sulit menjadi pikun. Hal ini disebabkan oleh kepribadian yang diwarnai oleh dinamika untuk selalu sambung dengan realita.

0 comments:

Post a Comment