Senin, 08 Februari 2016
Hieronimus
Emilianus, Yosefaina Bakhita
warna liturgi
Hijau
Bacaan
1Raj. 8:1-7,9-13;
Mzm. 132:6-7,8-10; Mrk. 6:53-56. BcO Kej. 41:1-15,25-43
Markus
6:53-56:
53 Setibanya di
seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. 54
Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. 55 Maka
berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang
sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. 56 Ke
manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang
meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka
diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang
menjamah-Nya menjadi sembuh.
Renungan:
Seorang bapak
bercerita padaku. Katanya, banyak umat yang disembuhkan oleh ramanya.
Simbah-simbah yang terus merasa pusing ketika didatangi ramanya jadi sembuh.
Setiap kali selesai misa, banyak orang datang dan meminta diobati dari
sakitnya. Makin hari makin banyak orang ingin diobati.
Banyak orang pun
selalu membawa saudara atau tetangga mereka yang sakit kepada Yesus. "Ketika
mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah
mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas
tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada" (Mrk 6:54-55).
Namun meski demikian Yesus tidak pernah berhenti untuk berdoa kepada BapaNya.
Siapa pun dari
kita mungkin pada saat tertentu diijinkan untuk menghadirkan kesembuhan. Memang
ada orang-orang yang secara khusus diberi rahmat penyembuhan itu. Namun
demikian kita tidak pernah boleh lupa bahwa semua itu karena rahmatNya. Maka
siapa pun dari kita yang mampu menghadirkan kesembuhan rasanya tidak boleh
merasa bahwa itu karena kita mampu. Kita selalu merasa bahwa itu adalah karya
Allah. Allah yang memilih kita. Maka layak kalau kita selalu menjaga relasi
yang intim denganNya.
Kontemplasi:
Bayangkan
orang-orang datang kepada Yesus dan membawa orang-orang sakit untuk
disembuhkan. Hadirkan pula bagaimana Yesus membawa semua itu dalam kesatuan
relasi dengan Bapa.
Refleksi:
Bagaimana menjaga
agar menyadari bahwa kemampuan kita adalah rahmat Allah?
Doa:
Bapa, jagailah
aku untuk selalu dekat denganMu. Semua yang kulakukan tidak lepas dari
rahmatMu. Semoga aku tetap rendah hati. Amin.
Perutusan:
Aku akan selalu
menyadari karena rahmatNya aku mampu melakukan sesuatu. -nasp-
0 comments:
Post a Comment