Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, February 26, 2016

Sabda Hidup


Minggu, 28 Februari 2016
HARI MINGGU PRAPASKAH III
warna liturgi Ungu 
Bacaan
Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11; 1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9. BcO Kel. 22:20-23:9

Lukas 13:1-9:
1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. 2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? 3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. 4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? 5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." 6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. 7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! 8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, 9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Renungan:
Kesempatan. Allah selalu memberikan kesempatan pada manusia untuk bertobat. Ia selalu memberi kesempatan untuk berbuah. Walau sejengkel apa suasana hatiNya, Ia akan selalu melihat harapan. Pohon ara yang hendak ditebang pun diberi kesempatan untuk menghasilkan buahnya.
Masa prapaskah ini menjadi masa kita untuk membangun dan mewujudkan pertobatan. Ada banyak langkah hidup yang mungkin tidak selaras dengan kehendak Tuhan, yang memungkinkan kita menerima hukuman lebih berat dari orang Galilea (bdk Luk 13:2). Namun kalau kita bertobat kita akan terjauhkan dari hukuman tersebut.
Selalu ada kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Allah selalu menyediakan itu bagi kita. Yang mungkin bisa menjadi pertanyaan kita, apakah kita juga selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk bertobat? Apakah kita berani memberi ruang dan waktu bagi sesama kita memperbaiki hidupnya? Memang kadang hati ini lelah untuk menunggu, namun harapan akan hidup yang lebih baik menguatkan kita untuk menantinya.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu menantikan pertobatan seseorang. Bangunlah kesabaran dirimu sampai ia sungguh-sungguh bertobat.

Refleksi:
Bagaimana menghidupkan semangat pertobatan?

Doa:
Tuhan terima kasih atas kesempatan yang Kauberikan kepadaku. Semoga aku tidak menyia-nyiakan rahmat kesempatan tersebut. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengisi kesempatan yang Tuhan berikan dengan baik. -nasp-

0 comments:

Post a Comment