Selasa, 02 Februari 2016
Pesta Yesus
Dipersembahkan di Bait Allah
warna liturgi
Putih
Bacaan
Mal. 3:1-4 atau
Ibr. 2:14-18; Mzm. 24:7,8,9,10; Luk. 2:22-40 (Luk. 2:22-32). BcO Kel.
13:1-3a,11-16
Lukas
2:22-40 (Luk. 2:22-32):
22 Dan ketika
genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke
Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 23 seperti ada tertulis dalam
hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi
Allah", 24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan
dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung
merpati. 25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar
dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, 26
dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum
ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 27 Ia datang ke Bait Allah
oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk
melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, 28 ia menyambut Anak itu
dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 29 "Sekarang, Tuhan,
biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 30
sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 31 yang telah Engkau
sediakan di hadapan segala bangsa, 32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." 33 Dan
bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. 34 Lalu
Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu:
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak
orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 35 dan
suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri ,supaya menjadi nyata pikiran hati
banyak orang." 36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak
Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup
tujuh tahun lamanya bersama suaminya, 37 dan sekarang ia janda dan berumur
delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang
malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. 38 Dan pada ketika itu juga
datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang
Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. 39 Dan
setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah
mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. 40 Anak itu
bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada
pada-Nya.
Renungan:
Suatu kali ada
seorang tua sakit. Dokter sudah menyerahkan pada keluarga. Keluarga pun
membawanya pulang. Sakitnya makin hari makin berat. Sampai akhirnya sang anak
bungsu datang. Ia sudah lama menghilang dan tidak memberi kabar. Orang tua itu
gembira menyambut anaknya. Ia bisa bangkit dan memeluk anaknya. Selang beberapa
hari kemudian orang tua itu meninggal.
Simeon menantikan
kehadiran Mesias. Sepanjang hidupnya ia habiskan di Bait Allah untuk menyambut
kehadiran sang Mesias. Ketika Yesus datang untuk dipersembahkan ia melihat
Mesias ada dalam diri Yesus. Maka ia pun mengatakan, "Sekarang, Tuhan,
biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab
mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan
di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel" (Luk
2:29-32).
Dalam hidupnya
seorang manusia sering mempunyai sesuatu yang dinantikan. Ia sungguh-sungguh
menantikan itu. Siang malam doanya selalu berfokus pada poin tersebut. Ketika
hal tersebut datang, ia pun lega dan siap untuk mati. Mungkin di antara kita
pun ada yang menantikan sesuatu. Marilah kita tekun seperti Simeon. Pada
saatnya yang kita nantikan akan datang menghampiri hidup kita.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu
sejenak. Bayangkan Simeon yang setia menantikan kehadiran Mesias.
Refleksi:
Apa yang kau
lakukan bila mempunyai keinginan?
Doa:
Terima kasih
Tuhan atas teladan Simeon. Semoga aku juga mempunyai kesetiaan seperti Simeon
menantikan kehadiranMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan tekun
mengharapkan kehadiran impianku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment