Ruang pertemuan Barnabas di kompleks Domus Pacis pada Jumat 5 Februari 2016 tampak lain. Kursi di tata rapi baik di bagian bawah maupun atas sisi utara. Meja panjang dengan taplak putih menunjukkan adanya altar. Lilin besar bertengger di atasnya. Sementara itu ada tiga karangan bunga hasil karya Bu Joko dari Gancahan, Godean, amat apik memberikan suasana asri. Pada hari itu Komunitas Rama Domus Pacis memang sedang punya hajat Misa Syukur Ulang Tahun Imamat. Ada 3 orang anggota yang dirayakan: 1) Rm. Hantoro yang ditahbiskan pada 5 Februari 1973 ulang tahun ke 43; 2) Rm. Harto yang ditahbiskan pada 25 Januari 1984 ulang tahun ke 32; 3) Rm. Bambang yang ditahbiskan pada 22 Januari 1981 ulang tahun ke 35. Sebagaimana biasa umat yang diundang berasal dari Lingkungan Fransiskus Asisi Puren, para anggota kelompok masak untuk Domus, relawan-relawati Domus yang lain, anggota keluarga yang dirayakan, dan kelompok kor.
Pada hari itu ternyata mulai dengan jam 15.00 hujan sudah turun dan makin lama makin lebat. Bahkan pada jam 16.30 curah air amat lebat. Meskipun demikian, ada saja tamu yang berdatangan baik dengan mantol maupun payung menempuh kelebatan hujan. Tentu saja para anggota kor yang dipimpin oleh Pak Loly dari Nologaten sudah siap pada jam 16.45 dan bahkan melakukan latihan lagu baru mereka. Sedianya misa memang direncanakan mulai pada jam 17.00. Tetapi karena keadaan hujan sehingga kursi yang tersedia baru terisi tamu belum separo, maka ada pengunduran. Meskipun demikian pada jam 17.15 sebagian besar kursi sudah ada yang menduduki. Rm. Agoeng tampil membuka acara. Beliau menyampaikan beberapa ujub. Ketika ujub-ujub diucapkan ada yang membuat terhenyak tetapi juga ada yang membuat tertawa. Ujub-ujub itu adalah: 1) Ulang tahun imamat; 2) Perpisahan dengan Rm. Hantoro yang harus pindah ke Paroki Katedral Semarang karena harus menjalankan tugas yang ditinggalkan rama pembantunya yang harus membantu Paroki Sumber; 3) Legalisasi Rm. Bambang sebagai penghuni Domus karena sejak 30 Januari 2016 sudah berusia 65 tahun sehingga berhak uang pensiun di samping uang saku bulanan.
Misa yang dipimpin oleh Rm. Hantoro didampingi Rm. Harto dan Rm. Bambang dimulai dalam suasana hujan lebat bahkan hingga tamu pulang belum reda sekalipun sudah tidak lebat. Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono dan Rm. Agoeng duduk tersebar bersama para tamu. Ternyata suasana hujan tidak menghalangi suasana gembira sehingga, ketika para tamu menikmati hidangan makan sesudah misa, Bu Indah dari Sendowo, Paroki Kotabaru, tampil menyanyikan lagu-lagu diiringi oleh Pak Loly. Perayaan Ekaristi yang terasa segar mendapatkan keceriaan khusus ketika ketiga rama menyampaikan sharingnya yang sering saling disela. Kegembiraan para tamu juga diketahui dalam SMS untuk Rm. Bambang dari Bu Kustini salah satu anggota kelompok masak pada 6 Februari jam 09.53 yang berbunyi "Wah gayeng. Kula crios semah. Asmane susilo. Jing badhe sowan. Temu kangen Rm. Tri lan rama sedaya he he he" (Wah tadi malam meriah menggembirakan. Saya berceritera pada suami saya, yang bernama Susilo. Besok ingin kunjungan sekalian temu rindu dengan Rm. Tri Hartono dan semua rama he he he). Isi pokok sharing ketiga rama itu adalah sebagai berikut:
- Rama Hantoro: Selama menjadi imam, baru kali ini dirayakan dan dipestakan oleh komunitas. Biasanya dalam hari ulang tahun imamat mendapatkan tugas yang harus dijalankan. Pernah pada saat ultah imamat mendapatkan tugas dari Uskup berkeliling ke keuskupan-keuskupan lain untuk memohon uskup-uskupnya menumbuhkembangkan imam praja.
- Rama Harto: Dalam hidup imamatnya selalu merasakan perlindungan dari Tuhan. Ada dua pengalaman yang disharingkan. Beliau baru saja mengalami kondisi fisik merosot sehingga hilang kesadaran. Dibawa oleh Rm. Agung ke RS Panti Rapih tidak tahu. Ternyata kekurangan garam karena banyak keringat keluar akibat badan selalu bergerak. Beliau memang menderita tremor. Pengalaman lain ketika masih ada di paroki Sedayu pernah didatangi Dulmatin (salah satu teroris bom Bali?). Beliau kemudian diboncengkan melihat lingkungan-lingkungan wilayah Gerejawi (ke Pelem Dukuh?). Tetapi Pak Mul dari Nanggulan ternyata selalu menguntit sehingga diselamatkan.
- Rama Bambang: Di Domus Pacis sebetulnya mencari enak dalam arti bebas dari disiplin-disiplin aturan rumah. Namun, karena kerap diajak berpikir oleh Rm. Agoeng, dia ikut mempedulikan komunitas Domus. Rm. Agoeng dengan melatih kemampuan alat elektronik digital membuatnya memiliki hidup yang ada maknanya di Domus. Dia dapat ambil bagian membangun jaringan dengan warga jemaat (relawan masak, sopir, pemerhati bangunan dsb.) demi kesejahteraan dan rasa aman para rama Domus.
0 comments:
Post a Comment