Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, February 25, 2016

Sabda Hidup



Jumat, 26 Februari 2016
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
warna liturgi Ungu 
Bacaan
Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21; Mat. 21:33-43,45-46. BcO Kel. 19:1-19; 20:18-21

Matius 21:33-43,45-46:
33 "Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. 34 Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. 35 Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. 36 Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. 37 Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. 38 Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. 39 Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. 40 Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" 41 Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya." 42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. 43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. 45 Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. 46 Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.

Renungan:
Beberapa minggu ini kita disuguhi berita tentang pembersihan area Kalijodo. Dikatakan bahwa orang-orang yang di sana menempati tanah negara. Tanah itu akan dijadikan lahan hijau. Dalam banyak tempat ruang kaki lima sudah dipenuhi oleh para pedagang. Maka ada nama pedagang kaki lima. Sebenernya ruang itu merupakan hak semua warga untuk berjalan. Namun ruang itu sudah penuh dengan pedagang, pedagang kaki lima. Dengan begitu akses jalan kaki di kaki lima menjadi hilang. Namun kala ditertibkan pasti ada keributan.
Tampaknya orang yang sudah menempati lokasi tertentu, walau itu bukan haknya, akan berontak kalau tempat itu akan difungsikan sebagaimana mestinya. Orang ngindung pun sering mempermasalahkan kala tanah tempatnya ngindung akan dibagi waris atau digunakan sang pemilik. Para pekerja dalam Injil Mat. 21:33-43,45-46 pun berbuat demikian. Mereka selalu menolak bahkan membunuh utusan dan anak pemilik kebun. Mereka merasa punya hak atas kebun tersebut dan ingin memilikinya.
Kondisi semacam itu terus selalu ada pada masa sekarang ini. Tidak jarang penertiban akan dilawankan dengan HAM. Kadang timbul pertanyaan: apakah mereka tidak lebih dulu melanggar HAM orang banyak karena menempati dan mengganggu aksesibilitas orang? Rasanya perlu kesatuan paham untuk menghargai hak bersama dan ketegasan untuk menatanya. Jangan biarkan murka sang pemilik berkobar. Perlu dialog yang membuka kesadaran bersama.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Bayangkan kisah dalam Injil Mat. 21:33-43,45-46.

Refleksi:
Bagaimana membangun kesadaran bersama untuk menghargai hak orang banyak?

Doa:
Tuhan, semoga aku makin paham akan kebutuhan orang banyak. Aku tidak tergoda ingin memiliki yang bukan menjadi hakku. Amin.

Perutusan:
Aku akan legawa melepaskan apa yang bukan menjadi hakku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment