Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, October 10, 2016

Kembali Ke Mesin Lama


Para rama Domus Pacis sempat mengalami kegelisahan berkali-kali karena kadang-kadang kebutuhan air terganggu. Pada suatu saat, barangkali karena begitu tidak adanya persediaan air, Rm. Jaka menulis di buku pemakaian mobil menyatakan memakai pergi mencari air untuk mandi. Hal ini ternyata sampai terdengar oleh Rm. Purwatma, rektor Domus yang tinggal di Seminari Tinggi Kentungan. Pada saat berjumpa Rm. Bambang ketika melayat almarhum R. Suryaprawata, MSF di Gereja Banteng, Rm. Purwatma bertanya "Piye, jare banyu Domus ora kerep macet?" (Bagaimana air Domus kok kerap macet?). Rm. Bambang pada waktu itu menjawab "Soale nek pas wayah dha adus ana sing siram-siram tanem" (Karena kalau pas waktu mandi ada yang memakai menyirami tanaman). Rm. Bambang memang mendengar peristiwa menyiram tanaman ini dan kemudian meminta agar pada jam mandi jangan melakukan pekerjaan menyiram tanaman. Saat itu untuk beberapa hari air memang menjadi lancar. Tetapi pada hari Minggu sore 2 Oktober 2016 gejala kekacauan berkaitan dengan air mulai terjadi lagi. Rm. Agoeng sudah memberi tahu Pak Joko, yang biasa membantu urusan bangunan, untuk mencarikan tukang air. Bahkan pada Senin 3 Oktober aliran air menjadi kecil sekali kecuali pada malam hari. Rm. Bambang mengirimkan berita SMS ke Pak Joko, tetapi tak ada jawaban. Suasana makin memprihatinkan karena pada Selasa 4 Oktober aliran air dari bak penampungan sumur macet total. Memang mulai sekitar jam 21.00-05.30 ada aliran lumayan besar. Tetapi karena pemakaian air untuk mandi dan lain-lain biasa mulai sekitar jam 06.00 hingga seharian, macetnya air menjadi suasana amat gelisah di antara para rama. Maka pada Selasa sore Rm. Bambang menyampaikan berita SOS ke WA Relawan DOMUS PACIS (lihat "Keluarga Tuhan" dalam HISTORIA DOMUS www.domuspacispuren.blogspot.com).

Dari peristiwa berita SOS itu pada siang Rabu 5 Oktober 2016 Bapak Madiono dengan Mas Eko, pembantunya, datang. Pak Madiono berasal dari Blawong, daerah para ahli ledeng terkenal, dan kini tinggal di Papringan. Sementara itu Mas Eko tinggal di Imogiri. Mereka mulai memeriksa kondisi aliran air Domus Pacis. Pada hari Rabu ini mereka melakukan observasi keadaan aliran air dari sumur ke bak di menara. Kemudian Pak Madiono meneliti sumur dan meneliti yang ada di menara. Berdasarkan hasil menelitian ini beliau membuat langkah-langkah yang akan dilakukan di keesoka harinya. Dari sini diketahui bahwa salah satu mesin air sumur mati sehingga mengganggu kelancaran naiknya air sumur masuk bak tampungan di menara.

Dari pengerjaan pada Kamis 6 Oktober disimpulkan bahwa sumur Domus yang menggunakan lebih dari satu buah mesin untuk mengangkat air masuk bak di menara ada bahayanya. "Rama, menika resikonipun yen ngagem mesin langkung setunggal. Yen wonten ingkang pejah mesthi lajeng ngganggu lan saget angel mili" (Rama, inilah risiko penggunaan mesin lebih dari satu. Bila salah satu mati, muncul gangguan dan dapat membuat air sulit mengalir). Ketika sedang ada pembicaraan antara Pak Madiono dengan Rm. Bambang, Pak Tukiran karyawan Domus diam-diam pergi ke gudang dan kembali membawa mesin air lama sebelum pemakaian mesin-mesin sekarang. Melihat mesin itu Mas Eko berkata "Wah, itu mesin bagus sekali" yang diiyakan oleh Pak Madiono yang menambahkan tanggapan "Yen nyerot kedalaman tigang dasa meter, kekuatan nyemprotaken minggah ugi tigang dasa meter" (Kalau menyedot air kedalaman 30M, kekuatan menaikkan semprotan air juga 30M). Sebenarnya Rm. Bambang bermaksud membeli mesin baru, tetapi Pak Madiono bilang bahwa dengan mesin lama itu cukup mengganti bagian jet. Maka hari itu Pak Madiono membeli jet baru. Dan pada Rabu sore itu air dapat mengalir lumayan. "Rama, kula dereng puas, benjang badhe kula terasaken garapanipun" (Rama, saya belum puas, besok akan saya teruskan pengerjaannya). Ternyata pada sore hari sekitar jam 18.00 Kamis itu, aliran air macet lagi. Rm. Bambang mengirim SMS ke Pak Madiono. Beliau hanya berpesan agar bila macet kabel aliran listrik ke mesin air dilepas. Pada Jumat pagi 6 Oktober 2016 Pak Madiono menemukan plastik yang menyumbat saluran air ke bak menara. Dibantu oleh Mas Eko, Pak Madiono melakukan suntikan sumur untuk: 1) Menambah besaran air dalam sumur; 2) Membersihkan air dari kotoran karat. Sekitar jam 11.00 air Domus Pacis mengalir dengan deras. Ketika akan pulang Pak Madiono berkata "Garansinipun sewulan, rama" (Ada garansi selama sebulan, rama). Ternyata ketika pengerjaan Rm. Agoeng memberikan informasi kepada Pak Madiono bahwa penggantian dengan lebih satu mesin terjadi karena kalau kemarau satu mesin tidak kuat menyedot air yang mengurang. Yang pokok kini air Domus Pacis sudah berjalan baik sehingga pada Sabtu pagi 8 Oktober 2016 ketika berada di kamar makan Rm. Agoeng berkata "Wingi dhek kula nguripke kran, pisanan kula kaget merga banyune reget. Ning bar niku terus bening lan mili gedhe" (Kemarin ketika saya menghidupkan kran, mula-mula saya terkejut karena airnya kotor. Tetapi kemudian menjadi jernih dan deras mengalirnya). Dalam hati Rm. Bambang hanya mengatakan bahwa bila ada gangguan karena kemarau, akan memanggil lagi Pak Madiono yang memang sudah menyanggupi walau dengan berkata "Mugi-mugi kanthi dipun suntik ing mangsa ketiga toya ugi cekap kathah" (Semoga dengan disuntik air juga cukup banyak di musim kemarau).

0 comments:

Post a Comment