Selasa, 18 Oktober 2016
Pesta St. Lukas
warna liturgi
Merah
Bacaan
2Tim. 4:10-17b;
Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18; Luk. 10:1-9. BcO Kis. 9:27-31; 11:19-26
Lukas
10:1-9:
1 Kemudian dari
pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka
berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
2 Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu. 3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu
seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. 4 Janganlah membawa pundi-pundi
atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam
perjalanan. 5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai
sejahtera bagi rumah ini. 6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima
damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak,
salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah
apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam
sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 9
dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada
mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Dalam beberapa
kesempatan ekaristi keluarga yang mengadakan acara sering memberikan banyak
kardusan makanan dan buah-buahan. Kata-kata yang sering mereka sampaikan,
"Rama ini nanti untuk buka gerbang rumah." Kondisi seperti itu sering
kami alami. Bahkan kala kami naik motor dan sulit untuk membawa barang-barang
tersebut mereka tetap saja meminta kami membawakan.
Salam sejahtera yang
kami bagikan kepada mereka ternyata ditangkap dengan baik. Kami pun serasa
hidup dari kebaikan-kebaikan seperti itu. Apalagi sekarang ini ketika saya
berada di rumah tua untuk para rama di Keuskupan Agung Semarang. Banyak umat
peduli kepada kami. Rasanya tidak pernah beras kami sampai benar-benar habis.
Ketika hampir habis ada rombongan yang datang membawakannya kembali.
Bekerja di ladang
Tuhan tidak akan mengalami kekurangan. Malah terasa harus lebih waspada menjaga
pola makan kita. Tuhan selalu menjagai mereka yang bekerja untuknya, bahkan Ia
menyiapkan kebutuhan dasar kita. Maka marilah kita menanggapi panggilannya.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada
Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian
itu" (Luk 10:2).
Kontemplasi:
Pejamkan matamu
sejenak. Bayangkan kemurahan hati umat untuk para imamnya.
Refleksi:
Bagaimana
panggilan menjadi imam hidup di hatimu?
Doa:
Tuhan pilihlah
para penuai. Gerakkanlah hati umat-Mu untuk menyediakannya. Amin.
Perutusan:
Aku akan
mendukung kehidupan dan hadirnya para imam. -nasp-
0 comments:
Post a Comment