disalin dari "Kedaulatan Rakyat" Senin Kliwon,17 Oktober 2016 halaman 22
YOGYA (KR) - Tren penyakit degeneratif (tidak menular) terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup penduduk Indonesia. Penyakit tersebut antara lain alzheimer, parkinson, stroke, jantung dan ginjal. Sebagian besar terapi hanya mengobati gejala dan menunda perkembangan penyakit tersebut.
Salah satu terapi yang sangat menjanjikan bagi penyakit degeneratif adalah stem cell. Keberhasilan pengembangan penelitian dan penggunaan stem cell sebagai terapi anti-ageing bagi penduduk Indonesia khususnya usia lanjut telah membuka peluang bagi masyarakat luas untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Penerapan terapi ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki masa produktivitas dan jangka waktu hidup yang lebih penting.
Direktur Stem Cell and Cancer Institute (SCI) dr Sandy Qlintang mengatakan, tubuh manusia memiliki banyak jenis sel punca atau stem cell. Saat stem cell ini membelah, maka akan memperbanyak diri menjadi sel-sel spesifik atau sel jenis lain yang akan memperbaiki organ tubuh yang rusak.
"Butuh waktu 3-4 minggu untuk mengkultur stem cell sebelum ditanam dalam tubuh pasien," terang Sandy kepada wartawan usai seminar tentang stem cell di Auditorium FK UGM, Sabtu (15/10).
Menurut Sandy, pengembangan fasilitas pengelolaan stem cell akan berdampak positif bagi sektor pariwisata (stem cell tourism). Pasien luar negeri yang melakukan terapi stem cell di Indonesia tentu akan menunggu hingga stem cell berkembang dan siap ditanam. "Selama menunggu itu, pasien diajak berkeliling menikmati obyek-obyek wisata," katanya.
Tantangan yang dihadapi saat ini, menurut Sandy adalah masih sedikit masyarakat yang paham tentang terapi stem cell untuk kesehatan. Pemerintah sendiri telah memberikan lampu hijau pengembangan riset stem cell yang diambil dari tubuh pasien sendiri. Untuk mengenalkan terapi stem cell ini, Kalbe menyelenggarakan program edukasi kesehatan bertanjuk 'dr Boejamin Setiawam Distinguished Lecture Series' (DBSDLS) 2016 bagi dokter, dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK). "DBSDLS merupakan upaya Kalbe dan SCI berbagi informasi mengenai kemajuan mutakhir yang dicapai dalam perkembangan tekhnologi dan riset terkini," terang Sandy. Para nara sumber adalah Dr dr Yohanes. Widodo SpKK(K) dari FK UGM dan Dr Harry Murti dari SCI.
Sejak berdiri tahun 2006, pusat penelitian PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) di bidang sel punca dan kanker terus meraih berbagai kemajuan penting. Melalui DBS DLS, diharapkan dokter, peneliti dan pemangku kebijakan di Indonesia dapat mengikuti perkembangan riset dan tekhnologi sel terkini. (Dev)-a
0 comments:
Post a Comment