Tuesday, October 18, 2016
Motor Serepan
Kamis 14 Oktober 2016 sekitar jam 14.00. Rm. Yadi menelpon Rm. Bambang dengan suara yang agak gemetar volume tidak keras "Rama, motore kula bekta teng bengkel. Kedah gantos bos. Regine setengah yuta lan kedah pesen. Pripun?" Rm. Bambang menjawab "Mboten napa-napa. Digantos mawon." Yang dibicarakan adalah motor roda tiga yang secara administratif merupakan inventaris untuk Rm. Tri Wahyono. Dulu, karena kondisi Rm. Tri Wahyono sudah tidak kokoh, Rm. Bambang minta tolong Mas Yuli dari Museum Misi Muntilan untuk mengubah motor bebek beliau menjadi beroda tiga. Tetapi motor ini sempat tak terpakai cukup lama karena ternyata Rm. Tri sudah tak berdaya untuk mengendalikan stang.
Motor itu pernah dikembalikan menjadi roda dua oleh pengurus Domus dan sudah mulai dimanfaatkan oleh karyawan. Rm. Kardi dari Paroki Mlati pada suatu hari bermaksud meminjam untuk dipakai oleh Rm. Giyono, pastor Mlati, yang kondisi tubuhnya juga menurun. Tetapi ternyata Rm. Giyono juga sudah tidak dapat lagi mengendarai motor. Motor itu akhirnya kembali lagi ke Domus Pacis dan STNK dititipkan oleh koster Mlati ke Mas Handoko, relawan Domus Pacis, untuk diberikan kepada Rm. Bambang. Dalam salah satu makan pagi motor itu dibicarakan dan Rm. Agoeng memutuskan "Dijadikan inventaris Domus Pacis. Barangkali nanti ada rama penghuni yang membutuhkan." Rm. Yadi diserahi mengurusnya. Ternyata Rm. Yadi merasa kondisi motor itu lebih kokoh daripada motor roda tiga yang menjadi inventarisnya. "Kula rumangsa motore luwih anteng mboten hoyak-hayik kaya nggen kula" (Saya merasa motor itu lebih tenang tidak bergoyang seperti milik saya) kata Rm. Yadi yang kini lebih memanfaatkan untuk pergi ke luar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment